Penulis : Ilham Zihaq
Menurut data yang ditulis oleh Gus Ishom, Kiai Hasyim pernah menikah hingga 7 kali. Yang namanya terlacak hanya 5 orang saja. Namun yang mempunyai keturunan untuk meneruskan perjuangan Kiai hasyim hanya dari dua isteri. Nyai Nafiqoh dari Sewulan, dan Nyai Masruroh dari Kapurejo. Kiai Hasyim Asy’ari sangat mencintai dan menghormati istri-istrinya. Beliau sangat menjaga hak dan kewajibannya sebagai suami terhadap sang istri, serta ber-muasyaroh dengan makruf. Tercatat, beliau tidak pernah mufaroqoh dengan istrinya. Ini menunjukan bahwa beliau sebagai kepala keluarga sangat menjaga kelangsungan nikah yang merupakan mitsaqon gholidzon (Ikatan suci).
Kiai Hasyim juga mengarang kitab yang membahas tentang nikah, berjudul “Dhoul Misbah fi Ahkam Nikah”. Kitab ini berisi tiga pembahasan, Bagian pertama menjelaskan tentang hukum-hukum pernikahan. Bagian kedua, kiai Hasyim menjelaskan perihal rukun-rukun nikah sebagaimana yang ada di dalam literatur fikih klasik lainnya. Sedangkan bagian ketiga menjelaskan tentang hak-hak istri yang wajib dipenuhi oleh suami dan begitu pula sebaliknya.
Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, sebagai pendiri dan pengasuh Pesantren Tebuireng. Beliau memimpin langsung pengajaran kitab kuning di pesantren. Kitab yang dikaji pun bermacam macam, dari kitab tipis hingga yang berjilid-jilid. Namun walaupun begitu,Hadratussyaikh juga suka guyon atau humor. Mungkin agar para santri tidak jenuh dan bosan.
Kiai Kholid Ali pernah menceritakan kepada kami, beliau mendapat cerita ini saat mengaji kepada Kiai Syansuri Badawi yang merupakan santri kesayangan Hadratussyaikh. Dikisahkan disaat Hadratussyaikh mengajar kitab kuning di masjid. Beliau ketika melihat santri-santrinya yang sudah merasa bosan, jenuh, dan ngantuk ketika ngaji. Dan diantara guyonan beliau membahas mengenai perempuan (Mungkin bahas perawan atau janda?). Disaat beliau guyonan tentang perempuan, dan ibu Nyai atau Istri Hadratussyaikh mendengar hal itu. Maka tak segan bu nyai melempar semua bakiak/terompah ke depan masjid. Ketika Hadratussyaikh mendengar lemparan bakiak, beliau langsung menghentikan guyonan tentang perempuan itu.
Ada kisah menarik yang pernah disampaikan oleh Gus Sholah saat acara Mata Najwa, (Belajar dari KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan). Suatu saat Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari duduk istirahat di kursi, tiba-tiba oleh bu Nyai Hadratussyaikh diikat dengan stagen. Dan respon Hadratussyaikh sungguh mankjubkan, beliau hanya sabar dan tidak memarahi sang istri. Setelah beberapa saat, tali dari stagen itu dilepas oleh putri tertuanya, Nyai Khoiriyah Hasyim. Ini merupakan bentuk kesabaran, ketulusan sikap, dan menghormatinya kepada perempuan.
Hujjatul Islam Imam Ghozali dalam Ihya Ulum al-Din mengatakan:
الصبر على لسان النساء مما يمتحن به الأولياء
“Sabar menghadapi omongan istri termasuk ujian para wali”
Untuk Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari Alfatihah.