• Kontributor
  • Daftar
  • Login
Upgrade
Nuskha
Advertisement
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
Nuskha
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Jaringan Tebuireng-Senori

IlHAM ZIDALHAQ by IlHAM ZIDALHAQ
Agustus 29, 2023
in Uncategorized
0
Jaringan Tebuireng-Senori

Penulis: Ilham Zihaq

Siapa yang tidak kenal dengan Kiai Ahmad Abul Fadol Senori? Kiai yang tidak pernah belajar di Arab, namun memiliki puluhan kitab berbahasa Arab. Kiai yang tidak memiliki pesantren, namun memiliki santri-santri yang menjadi ulama’ besar. Kiai yang tidak bersorban, namun keilmuannya tidak diragukan lagi dan diakui oleh para ulama.

Kiai yang dilahirkan di Sedan Rembang ini, memulai belajar ilmu agama di bawah bimbingan ayahnya sendiri, Kiai Syakur. Semenjak wafat ayahnya tahun 1940, Kiai Fadol melanjutkan belajar kepada Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari di Pesantren Tebuireng, hingga penyergapan Kiai Hasyim oleh penjajah Jepang, tahun 1942. Saat di Tebuireng, Kiai Fadol setiap harinya hanya memakan beberapa potong singkong sebagai bentuk riyadhoh dalam mencari ilmu.

Kiai Fadol sangat mencintai Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Maka semua harta warisan dari ayahnya, beliau berikan kepada gurunya tercinta, sebagai bentuk kecintaan terhadap ulama sebagai pewaris ilmunya para Nabi. Mungkin sebab inilah, hati Kiai Fadol ter-futuh dan mudah mendapat, menghapal, dan memahami ilmu saat mondok di Tebuireng. Tak heran, walaupun mondok di Tebuireng hanya sebentar, namun keilmuannya sangat berbobot dan matang.

Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari menaruh simpatik besar terhadap santri asal Rembang ini, di usianya yang masih belia, dia sudah hafal Al-Qur’an dan berbagai macam nadzom. Serta didukung kemampuannya dalam memahami kitab-kitab turast yang hebat. Oleh karenanya, Hadratussyaikh menaruh harapan besar kelak menjadi ulama besar yang menghidupkan syiar agama di pesisir utara.

Sebagai pewaris keilmuan murid Syaikh Mahfudz, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari pernah memberikan dan meng-ijazahkan semua riwayat sanad-sanad kitabnya kepada Kiai Fadol. Hal ini semata-mata bentuk kasih sayang guru, kecintaan guru, serta harapan guru agar meneruskan dakwah ta’lim watta’allum.

Ijazah semua sanad kitab ini, Kiai Fadol dapatkan setelah diroyah ilmunya matang, baru beliau mendapatkan riwayat ijazah sanad ilmu. Memang sebelum ke Tebuireng, Kiai Fadol sudah alim. Tak heran, jika Kiai Fadol pernah mengatakan, “Di Tebuireng, belajar sanad”. Hadratussyaikh memandang diroyah-nya sudah dapat, tinggal disempurnakan dengan riwayat-nya. Setiap harinya Kiai Fadol sorogan dan musyafahah langsung dengan Hadratussyaikh, setiap harinya beliau menulis sanad yang diijazahkan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari. Maka tak heran, jika Kiai Fadol terkenal sebagai santri “Jami’ Sanad” (pengumpul sanad).

Ijazah kitab plus sanadnya dari Hadratussyaikh ini, Kiai Fadol kumpulkan dalam satu buku. Dalamnya memuat sanad dari macam-macam kitab, baik fan tafsir, hadis, fikih, usul fiqh, nahwu, hingga talqin dzikir.

Beliau memiliki prinsip, kitab yang diajarkan kepada santri-santrinya harus kitab yang beliau miliki sanadnya hingga muallifnya. Beliau tidak mau mengajar kitab yang tidak memiliki sanadnya, seperti Mauidzotul Mu’minin, Idhotun Nasyiin, hingga kitab Nadzom Imrithi. Beliau tidak mengajarkannya. Ini bentuk Kehati-hatian nya dalam mengajarkan kitab. Malahan, karena tidak mengajarkan Imrithi, beliau sendiri mengarang nadzoman nahwu yang jumlah baitnya setara dengan Imrithi.

Fungsi Sanad menurut Kiai Fadol yang disampaikan putranya, Kiai Mafakhir,

“Sanad ibarat rantai, dimana dengannya kita dapat tersambung dengan para ulama-ulama mulia sebelum kita. Sehingga dengan itu, kita berharap nama kita ikut tercatut dan tersyaafaati oleh ulama-ulama yang thabaqatnya di atas kita”.

Penulis merupakan alumni hadis angkatan ke-2

Tags: Hasyim Asy'arikiaiFadolmasyayikh TebuirengsanadSenoriTebuireng
Previous Post

Kedudukan Sunnah dalam Agama Islam

Next Post

Penulisan dan Pembukuan Hadis pada Abad Pertama Hijriah

IlHAM ZIDALHAQ

IlHAM ZIDALHAQ

Related Posts

Menapaki Jejak Teori Projecting Back (Bagian I): Dari Sosok Joseph Schacht hingga Guncangan Teorinya
Artikel

Menapaki Jejak Teori Projecting Back (Bagian I): Dari Sosok Joseph Schacht hingga Guncangan Teorinya

by Vigar Ramadhan
Mei 15, 2025
Kajian Hukum Berfatwa melalui AI dalam Kaca Mata Islam
Artikel

Kajian Hukum Berfatwa melalui AI dalam Kaca Mata Islam

by Rasyid Irfan
Mei 12, 2025
“Imam Rukuk Makmum Baru Shalat, Hutang Satu Rakaat?” Menapaki Alur Berpikir Ibn Hazm Al-Andalusi
Artikel

“Imam Rukuk Makmum Baru Shalat, Hutang Satu Rakaat?” Menapaki Alur Berpikir Ibn Hazm Al-Andalusi

by YUNIAR INDRA
Mei 11, 2025
Menjaga Alam, Menjaga Masa Depan: Peran Umat dalam Konservasi Lingkungan Perspektif Al-Quran dan Hadis Nabawi
Artikel Ringan

Menjaga Alam, Menjaga Masa Depan: Peran Umat dalam Konservasi Lingkungan Perspektif Al-Quran dan Hadis Nabawi

by Aulia Rachma
Mei 4, 2025
Doa Kaffaratul Majlis: Tradisi Seusai Belajar pada Hadis Nabi SAW
Artikel Ringan

Doa Kaffaratul Majlis: Tradisi Seusai Belajar pada Hadis Nabi SAW

by Vigar Ramadhan
April 30, 2025
Next Post
Penulisan dan Pembukuan Hadis pada Abad Pertama Hijriah

Penulisan dan Pembukuan Hadis pada Abad Pertama Hijriah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

register akun perpus maha

Premium Content

Potret Persaudaraan Muhajirin dan Anshar Dalam Kitab Fiqh Sirah an-Nabawiyah

Potret Persaudaraan Muhajirin dan Anshar Dalam Kitab Fiqh Sirah an-Nabawiyah

Januari 28, 2024
حب الوطن في ضوء الشريعة الإسلامية

حب الوطن في ضوء الشريعة الإسلامية

Agustus 22, 2024
Menjadi “Tangan di Atas Lebih Baik”; Filosofi Zakat dalam Hadis

Menjadi “Tangan di Atas Lebih Baik”; Filosofi Zakat dalam Hadis

Maret 4, 2025

Browse by Category

  • Artikel
  • Artikel Ringan
  • Berita
  • biografi
  • Feminisme
  • Fikih Ibadah
  • Hadis Tematik
  • Hasyimian
  • Kajian Fikih
  • Kajian Hadis
  • Library Management System
  • Opini
  • Orientalis
  • powerpoint
  • Resensi
  • Review Literatur
  • Sejarah Hadis
  • tafsir dan ulum al-qur'an
  • Tasawuf dan Tarekat
  • Tekno
  • ulumul hadits
  • Uncategorized

Browse by Tags

ahli fiqih Alam artikel bumi dermawan dirasat asanid fikih hadis hadist Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari Hasyim Asy'ari ilmu hadis jurnal Kajianhadis kajian hadis kajianhadist kitab kritik hadis lingkungan ma'hadaly ma'had aly ma'hadalyhasyimasy'ari mahad aly mahad aly hasyim asyari Mahasantri masyayikh Tebuireng medsos Metodelogi Muhaddis musthalah hadits Nabi Nabi Muhammad NU OJS orientalis Puasa qur'an Ramadhan sahih bukhari muslim sanad sejarah takhrij Tarawih Tasawuf Tebuireng
Nuskha

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Navigate Site

  • Account
  • Game Hadis
  • Koleksi Kitab Digital
  • Kontributor
  • Logout
  • My Profile
  • NUSKHA
  • Password Reset
  • Pendaftaran Akun Penulis
  • Perpus MAHA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Hadis
  • Kajian Fikih
  • Berita
  • Mulai menulis

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?