Penulis: Binti Masruroh
Seperti yang telah kita ketahui, pengertian khabar dalam ilmu hadits lebih general dari pengertian hadis. Khabar ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw maupun dari selain beliau, baik berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapannya (taqrir). Maksud dari selain beliau adalah sesuatu yang disandarkan tersebut bisa dari sahabat atau para tabiin.
Dilihat dari sisi sampainya kepada kita, khabar terbagi menjadi khabar mutawattir dan khabar ahad. Khabar muttawatir adalah khabar yang diriwayatkan oleh banyak rawi (paling sedikit 10 perowi) dalam setiap thabaqat (tingkatan) sanadnya, yang menurut akal dan adat kebiasaan para perowi tersebut mustahil untuk bersepakat berdusta.
Sedangkan khabar ahad adalah khabar yang diriwayatkan oleh satu orang atau khabar yang tidak terkumpul syarat-syarat khabar muttawatir. Khabar ahad menunjukkan kepada pengetahuan yang sifatnya teoritis, yaitu pengetahuan yang tegak karena adanya teori dan dalil. Khabar ahad sendiri jika ditinjau berdasarkan jumlah jalur hadits nya dibagi menjadi tiga; Hadis masyhur, Hadis ‘aziz, dan Hadis gharib.
Hadis Masyhur menurut bahasa merupakan isim maf’ul dari syahartu al-amra, yang berarti saya mengumumkan atau menampakkan suatu perkara. Disebut seperti itu karena penampakannya yang sangat jelas. Sedangkan menurut istilah hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang rawi atau lebih disetiap tingkatannya, asal (jumlahnya) tidak mencapai derajat mutawatir.
Hukum hadis masyhur tidak dapat diklaim sebagai hadis yang shahih atau tidak shahih, melainkan ada yang shahih ada juga yang hasan, ada yang dhaif bahkan yang maudhu’. Kitab-kitab populer yang di dalamnya terdapat hadits yang masyhur di antaranya adalah: Al-Maqashid al-Hasanah fima ‘ala al-Alsinati Karya as-Saknawi, Tamyizu at-Thayyib min al-Khabits fima Yaduru ‘ala Alsinati an-Nas min al-Hadits karya Ibnu ad-Daiba’ as-Syaibani, Kasyfu al-Khafa wa Muzail al-Ilbas fima isyhtahara min al-hadits ‘ala al-sinati an-nas karya al-Ajiluni.
Hadis Aziz adalah hadis yang diriwayatkan setidaknya oleh dua perowi pada tiap tingkatan sanadnya, menurut redaksi yang lain, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh dua orang perowi pada salah satu tingkatan sanadnya. Apabila hadis aziz memenuhi syarat sebagai hadis shahih, maka hadis tersebut masuk kategori hadis shahih karena hadits aziz itu belum tentu hadits shahih. Hadits aziz jika tidak memenuhi syarat-syarat hadits shahih secara sempurna maka hadits aziz tersebut bisa masuk kategori hasan bahkan dha’if.
Contoh hadits Aziz dalam kitab shohih Bukhori :
حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ : حَدَّثَنَا ابْنُ عُلَيَّةَ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ، عَنْ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح وَحَدَّثَنَا آدَم، قَالَ : حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ، وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ”.
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu ,dia berkata: Nabi Muhammad saw.bersabda “Tidaklah seorang di antara kalian beriman, sehingga aku menjadi orang yang paling dia cintai. Dibandingkan ayahnya, anaknya, dan seluruh umat manusia”.
Pada tingkat sahabat, hadis tersebut diriwayatkan oleh dua orang sahabat yaitu, sahabat Anas dan abu Hurairah. Lalu pada tingkat tabi’in oleh Anas diriwayatkan kepada Qatadah dan Abdul Aziz bin Shuhaib, Selanjutnya pada tingkatan tabi’ut tabiin hadits ini diriwayatkan dari Qatadah kepada dua orang perawi yaitu Syu’bah dan Sa’id, dari Abdul aziz bin Shuhaib meriwayatkan kepada dua orang perowi juga yaitu Ismail bin ’Ulaiyah dan Abdul Warits. Lalu setelah itu, masing-masing dari para perawi itu diriwayatkan kepada banyak perawi.
Hadis Gharib adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi sendirian. Bisa disetiap thabaqotnya dari seluruh thabaqot sanadnya, atau disebagian thabaqat sanad, bisa juga dalam satu thabaqat saja. Hadis gharib oleh para ulama juga disebut dengan alfardu keduanya memiliki arti yang sama. Tetapi sebagian ulama lainnya membedakan arti keduanya.
Ditinjau dari aspek tempat menyendirinya perawi, hadis gharib terbagi menjadi dua, yaitu: Hadis gharib mutlak (fard mutlak) dan hadis gharib nisbi (fard nisbi). Selain ditinjau dari aspek tempat menyendirinya perowi para ulama juga mengategorikan hadits gharib dari sisi gharibnya sanad dan matan, yaitu : hadis gharib matan dan sanad dan hadis gharib matan, bukan sanad.
Hadis gharib matan dan sanad adalah hadis yang matannya diriwayatkan oleh seorang rawi saja, Sedangkan definisi dari hadis gharib matan bukan sanad adalah hadis yang matannya diriwayatkan oleh sekelompok sahabat, namun diriwayatkan secara menyendiri dari sahabat lainnya. Terdapat beberapa kitab yang banyak memuat hadits gharib didalamnya, diantaranya yaitu Musnad al-Bazzar dan kitab Mu’jam al-Ausath-nya at-Thabrani.
Penulis merupakan mahasantri hadis angkatan ke-7