• Kontributor
  • Daftar
  • Login
Upgrade
Nuskha
Advertisement
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
Nuskha
No Result
View All Result
Home Artikel Ringan

Self Improvement dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadist

Viki Junianto by Viki Junianto
Agustus 29, 2023
in Artikel Ringan, Uncategorized
0
Self Improvement dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadist

Penulis : Khotimal Hasan

Self improvement yang berarti pengembangan diri dapat diartikan dengan upaya peningkatan kualitas diri seseorang untuk menjadi lebih baik daripada sebelumnya, baik dari segi pengetahuan, etika, mindset, dan lain sebagainya. Pembahasan mengenai hal positif seperti itu tentunya tidak akan pernah tertinggal oleh agama yang ‘konotasinya’ selalu mengarah pada kebaikan, baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain.

Al-Qur’an sebagai sumber dasar hukum dan pedoman bagi umat Islam tentu tidak ketinggalan untuk juga membahasnya, sebagaimana tertera dalam firman Allah:

 يأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah di perbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18) 

Anjuran untuk bertakwa dalam ayat di atas bisa dimaknai dengan menjalankan semua yang Allah perintahkan dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya. Jika kita amati dengan baik, anjuran ini menuntut kita agar senantiasa melakukan hal-hal yang bernilai positif dan bermanfat. Jika seseorang memikiiki komitmen untuk menjauhi kemaksiatan, maka ia akan berusaha untuk memperbaiki perilaku, sifat, dan pola pikirnya, seperti tidak mudah berprasangka buruk, menjauhi ghibah, tidak mudah putus asa dan sebagainya.

Tatkala seorang hamba berusaha untuk meningkatkan taqorrub dan ketakwaannya kepada Allah, otomatis ia akan memperbaiki dirinya dengan memperhatikan akhlaq, mengembangkan bakat, potensi, dan berusaha memperluas pengetahuannya. Oleh karena itu, kita dituntut untuk menjalani hidup dengan mindset yang visioner untuk mencapai masa depan yang baik dan bahagia. Karena usaha memperbaiki diri adalah bukti nyata keimanan muslim sejati.

Hal ini selaras dengan kalam baginda Rasulullah saw. :

 اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأنَّك تَعِيشُ أبَدًا، وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا

Artinya: “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok pagi.”

Dalam menjelaskan hadits tersebut, syekh Mutawalli asy-Sya’rowi berkomentar dalam tafsirnya (Tafsir asy-Sya’rowi juz.3 hal.1753) :

الصحيح هو أن ما فاتك من أمر الدنيا اليوم فاعتبر أنك ستعيش طويلاً وتأخذه غداً، أمَّا أمر الآخرة فعليك أن تعجل به

Pemahaman  yang benar (dalam memahami hadits tersebut) adalah jika engkau tidak bisa meraih sesuatu dari dunia ini pada hari ini, maka berpikirlah bahwa engkau akan hidup lama dan akan dapat meraihnya besok. Sedangkan jika hal itu berkaitan dengan akhirat, maka hendaknya engkau  bersegera untuk meraihnya (seakan-akan besok adalah hari kematian kita dan tidak ada lagi kesempatan bagi kita untuk mendapatkannya kecuali di hari itu, sehingga kita dituntut untuk segera meraihnya).

Dalam hadits lain, Rasulullah Saw. memerintahkan kepada manusia agar memperhatikan lima hal sebelum datangnya lima hal lainnya yang menjadi konsekuensi dari lima hal sebelumnya. Hadits ini diriwayatkan oleh imam al-Baihaqi radliyallahu ‘anhu :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِرَجُلٍ : ” اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ  شُغْلِكَ ، وَشَبَابَكَ قَبْلَ هَرِمِكَ ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ  ( رَوَاهُ البَيْهَقِى)

” Jagalah lima (perkara) sebelum datang lima hal (yang lain). Jagalah hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, sempatmu sebelum sempitmu, masa mudamu sebelum masa tuamu, kayamu sebelum miskinmu “. [ HR. Al-Baihaqy ]

Hadits tersebut menjadi pengingat bagi kita agar senantiasa memanfaatkan hal-hal baik dan berupaya mudawamah dalam merealisasikannya. Artinya, kita dituntut untuk senantiasa memperbaiki kualitas diri, optimis serta maksimal dalam perjalanan menuju masa depan, dan melakukan kegiatan positif serta tidak membuang waktu. karena apa yang kita lakukan hari ini akan menjadi penentu baik dan buruknya kehidupan kita di hari selanjutnya .

Islam bukan tanpa alasan memerintahkan pemeluknya untuk terus menerus memperbaiki kualitas diri, namun selain untuk kebaikan diri sendiri juga untuk kemaslahatan umum sehingga kita dapat meraih predikat sholih dan mushlih karna sebagaimana sabda Rasulullah Saw., bahwa “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.”

Dalam mengembangkan kualitas diri, baik dalam segi etika, ekonomi, politik, ilmu pengetehuan dan lain sebagainya, dibutuhkan sebuah komitmen, usaha, target dan ikhtiar spiritual. Sesuai dengan perintah agama bahwa untuk mencapai suatu tujuan, dibutuhkan ikhtiar atau wasilah yang harus dilalui sebab kita-lah yang menciptakan perubahan itu dan kita-lah yang akan menjalaninya.

Tentang usaha manusia untuk mengubah hidup lebih baik, telah terungkap dalam al-Qur’an surah Ar-Ra’d :

إنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d : 11)

Oleh karena itu, self improvement bisa menjadi langkah awal untuk mengenal diri. Kemudian bisa menjadi refleksi seorang muslim sebagai bentuk usaha menemukan jati diri menuju kehidupan yang senafas dengan al-Qur’an dan Hadist.


Penulis merupakan semester 3 angkatan Mutawatir

Editor : Alfiya Hanafiyah

Tags: kajianhadistma'hadalyhasyimasy'ariMahasantri
Previous Post

Perkembangan Hadist Rentang Abad ke-5 hingga ke-6 Hijriyah

Next Post

Shahih Bukhari dalam pandangan KH. Hasyim Asy’ari

Viki Junianto

Viki Junianto

Santri Tebuireng

Related Posts

Daging dalam Timbangan Hadis dan Medis: Sehat Jika Bijak, Bahaya Jika Berlebihan
Artikel Ringan

Daging dalam Timbangan Hadis dan Medis: Sehat Jika Bijak, Bahaya Jika Berlebihan

by Ridwan GG
Mei 25, 2025
Hermeneutik Hadis dan Sejarah: Mencari Keseimbangan antara Teks Agama dan Fakta Historis
Artikel Ringan

Hermeneutik Hadis dan Sejarah: Mencari Keseimbangan antara Teks Agama dan Fakta Historis

by Ridwan GG
Mei 22, 2025
Ingkar Sunnah Modern: Narasi yang Dipersoalkan dan Tokoh-Tokohnya (Bagian II)
Artikel Ringan

Ingkar Sunnah Modern: Narasi yang Dipersoalkan dan Tokoh-Tokohnya (Bagian II)

by Vigar Ramadhan
Mei 20, 2025
Ingkar Sunnah Klasik: Riak Awal Penolakan Hadis Nabi SAW (Bagian I)
Artikel Ringan

Ingkar Sunnah Klasik: Riak Awal Penolakan Hadis Nabi SAW (Bagian I)

by Vigar Ramadhan
Mei 19, 2025
Peran Sentral Ummul Mukminin dalam Pewarisan Hadis-Hadis Rumah Tangga
Artikel

Peran Sentral Ummul Mukminin dalam Pewarisan Hadis-Hadis Rumah Tangga

by Ridwan GG
Mei 18, 2025
Next Post
Shahih Bukhari dalam pandangan KH. Hasyim Asy’ari

Shahih Bukhari dalam pandangan KH. Hasyim Asy'ari

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

register akun perpus maha

Premium Content

Ghibah Yang Diperbolehkan

Ghibah Yang Diperbolehkan

Oktober 25, 2023
Kredibilitas Albani Sebagai Al-Muhaddits (3): Meluruskan Penolakan Albani Atas Hadis Dhaif

Kredibilitas Albani Sebagai Al-Muhaddits (3): Meluruskan Penolakan Albani Atas Hadis Dhaif

November 6, 2024
RASULULLAH SEBAGAI AFSHOHUL ARAB

RASULULLAH SEBAGAI AFSHOHUL ARAB

Oktober 5, 2024

Browse by Category

  • Artikel
  • Artikel Ringan
  • Berita
  • biografi
  • Feminisme
  • Fikih Ibadah
  • Hadis Tematik
  • Hasyimian
  • Kajian Fikih
  • Kajian Hadis
  • Library Management System
  • Opini
  • Orientalis
  • powerpoint
  • Resensi
  • Review Literatur
  • Sejarah Hadis
  • tafsir dan ulum al-qur'an
  • Tasawuf dan Tarekat
  • Tekno
  • ulumul hadits
  • Uncategorized

Browse by Tags

ahli fiqih Alam artikel bumi dermawan dirasat asanid fikih hadis hadist Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari Hasyim Asy'ari ilmu hadis jurnal Kajianhadis kajian hadis kajianhadist kitab kritik hadis lingkungan ma'hadaly ma'had aly ma'hadalyhasyimasy'ari mahad aly mahad aly hasyim asyari Mahasantri masyayikh Tebuireng medsos Metodelogi Muhaddis musthalah hadits Nabi Nabi Muhammad NU OJS orientalis Puasa qur'an Ramadhan sahih bukhari muslim sanad sejarah takhrij Tarawih Tasawuf Tebuireng
Nuskha

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Navigate Site

  • Account
  • Game Hadis
  • Koleksi Kitab Digital
  • Kontributor
  • Logout
  • My Profile
  • NUSKHA
  • Password Reset
  • Pendaftaran Akun Penulis
  • Perpus MAHA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Hadis
  • Kajian Fikih
  • Berita
  • Mulai menulis

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?