Penulis : Ahmad Mukhlis Sirojuddin
Ma’had Aly Hasyim Asy’ari adalah sebuah kampus yang terletak di Tebuireng, Jombang. Di kampus ini, terdapat banyak mahasantri yang memiliki niat untuk menimba ilmu dan mencari barokah dari Kyai Hasyim. Namun, dengan kemajuan yang ada, kampus ini memiliki jadwal yang sangat padat, tidak hanya dalam hal mata kuliah, tetapi juga dalam berbagai kegiatan organisasi. Fenomena ini menjadi penyebab bertambahnya kekecewaan sosial. Dampaknya, mahasantri menjadi lebih rentan terhadap penyakit yang mengakibatkan luka batin pada aspek spiritual dan gangguan mental seperti stres, gelisah, cemas, kesepian, sedih, dan rasa bosan.
Hal ini berdampak pada kesehatan mental mahasantri, yang antara lain dapat terlihat dari kurangnya konsistensi dalam mengikuti peraturan, kehilangan minat terhadap mata kuliah yang ada sehingga sering absen, dan perilaku-perilaku lainnya. Untuk mencegah hal-hal demikian, diperlukan self healing, yang menjadi sarana untuk penyembuhan diri dari berbagai penyakit luka batin dan gangguan mental.
Namun, bagaimanakah sebenarnya Self Healing yang sesuai menurut ajaran Rasulullah SAW? Mari kita simak pembahasan selanjutnya.
Tanda-tanda seseorang yang sedang meredam luka batin
-
Lebih sensitif dari sebelumnya
Salah satu ciri orang yang sedang dalam kondisi memendam luka batin yaitu mereka menjadi lebih sensitif dari biasanya. Misalnya, ketika mudah menangis terhadap hal-hal yang dianggap sepele sekalipun. Bahkan, peristiwa yang telah menyakiti juga bisa membuat seseorang menjadi mudah tersinggung hingga mengeluh. Kondisi lebih sensitif juga bisa dilihat ketika seseorang lebih mudah marah jika orang lain tak memperlakukan dirinya seperti yang mereka harapkan. Artinya, adanya luka batin akan membuat seseorang tidak bisa menyaring peristiwa yang ada dalam proses perlindungan diri terhadap rasa sakit yang berlebihan.
-
Sering muncul perasaan negatif
Seseorang yang mengalami kondisi luka batin juga akan lebih banyak atau sering mendapatkan pemikiran juga perasaan negatif dalam dirinya ketika menjalani kehidupan sehari-hari. Misalnya, mereka akan lebih mudah mengalami pesimistis dalam menghadapi suatu hal di kehidupannya. Mereka juga mudah putus asa dan khawatir terhadap suatu hal buruk yang dikira akan menghampirinya kembali. Padahal kejadian yang mereka anggap akan terjadi tersebut hanyalah angan atau pembatasan diri untuk tidak melangkah ke hal yang lebih baik lagi.
-
Melakukan hal negatif sama seperti orang yang memperlakukan mereka
Salah satu dampak terburuk dari adanya luka batin yang terpendam ialah orang tersebut bisa memiliki perilaku yang sama dengan apa yang mereka dapatkan dari orang lain terhadap dirinya. Orang tersebut akan memaksa untuk diutamakan dari orang lain. Bahkan mereka juga akan memiliki kecenderungan untuk memuaskan ego pribadi. Hal ini karena mereka memiliki kekosongan dan menggunakan perhatian orang lain untuk mengisi kehampaan atas keinginan pribadi agar terpenuhi. Secara tidak langsung kondisi tersebut bisa disebut juga dengan pelampiasan dendam pribadi terhadap orang lain dan tentunya hal tersebut juga bisa menyakiti diri mereka sendiri.
-
Sulit memberi maaf atau mempercayai orang lain.
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk melepaskan luka batin yang terpendam adalah dengan mencoba memaafkan masa lalu. Namun, terkadang meski sudah memaafkan, masih tetap ada rasa ragu dan masih sulit untuk berdamai. Hal ini akan menimbulkan kondisi sulit bergaul dengan orang lain hingga sulit untuk mempercayai orang lain. Oleh karena itu, terkadang orang yang memendam luka batin cenderung mementingkan diri sendiri tanpa memedulikan keberadaan orang sekitar.
-
Cuek atau tidak peduli dengan apapun
Tanda yang terakhir adalah adanya rasa cuek atau tidak peduli dengan orang lain. Kondisi ini tergolong salah satu dampak terburuk dari adanya rasa memendam luka batin pada diri sendiri. Artinya, mereka sudah digerogoti luka batin yang selama ini belum dilepaskan. Jika memang sudah seperti ini, sebaiknya cobalah untuk segera menyelesaikan kondisi tersebut.
Perbedaan Healing dan Self Healing
Healing berasal dari bahasa Inggris yang jika diartikan menurut kamus besar bahasa Inggris terjemahan Indonesia, mengacu pada arti penyembuhan. Lingkup penyembuhan dari kata healing sendiri sebenarnya cukup luas. Arti healing juga dapat dikaitkan dengan penyembuhan jiwa, perasaan, batin, maupun pikiran. Oleh karena itu, muncul istilah self-healing yang berarti penyembuhan diri.
Namun, self-healing bisa diartikan dalam cakupan yang lebih khusus lagi. Self-healing adalah sebuah proses penyembuhan luka batin yang bisa mengganggu kondisi emosi seseorang. Tak bisa dipungkiri bahwa setiap orang memiliki luka-luka emosional, dan salah satunya adalah luka batin.
Ajaran Nabi dalam melakukan Self Healing
Menurut pandangan Islam, self-healing merupakan cara seseorang melakukan introspeksi diri dengan menyadari dan menerima dengan lapang dada, serta tidak lepas dari melibatkan Allah dalam menghadapi setiap masalah yang ada.
Nabi Muhammad ﷺ juga mengajarkan kepada kita bagaimana cara melakukan self-healing, sebagai berikut:
-
Shalat
(عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى. (رواه ابو داود
Artinya: “Dari Hudzaifah, ia berkata, jika nabi shallallahu ‘alaihi wasallam karena sebuah perkara, maka beliau mengerjakan salat. “
Hal ini mengajarkan kita pentingnya berdoa dan meminta bimbingan Allah dalam setiap situasi sulit atau penting dalam kehidupan kita. Dengan melibatkan salat dalam pengambilan keputusan atau menghadapi tantangan, kita mengingatkan diri kita sendiri bahwa Allah adalah sumber kebijaksanaan dan bantuan dalam segala hal.
-
Berzikir
عَنِ الْأَغَرِّ أَبِي مُسْلِمٍ : أَنَّهُ قَالَ أَشْهَدُ عَلَى أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ : أَنَّهُمَا شَهِدَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ (رواه المسلم)
Artinya: “Dari al-Aghorri Abi Muslim bahwasanya dia berkata, ‘aku bersaksi atas Abu Hurairah dan Abu Sa’id al- Khudri bahwasanya keduanya menyaksikan Nabi ﷺ bersabda, ‘Tidaklah suatu kaum yang duduk berkumpul untuk mengingat Allah, kecuali dinaungi oleh para malaikat, dilimpahkan kepada mereka rahmat, akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dan Allah ‘Azza wa Jalla akan menyebut-nyebut mereka di hadapan para makhluk yang ada di sisi-Nya.”
Maka akan ada berkah dan keberkatan yang dianugerahkan. Malaikat akan mengelilingi mereka, menaungi mereka dengan rahmat, membawa ketenangan ke hati mereka, dan Allah Yang Maha Agung dan Maha Mulia akan mengingat dan memuji mereka di hadapan makhluk-Nya yang lain. Pernyataan ini menunjukkan pentingnya berdzikir dan mengarahkan perhatian kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari, serta janji penuh berkah yang datang dengan berbuat demikian.
-
Ikhlas & Bersabar
Hadis yang berkaitan dengan ketenangan melalui kesabaran dan ikhlas adalah:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ، مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ، وَلَا هَمٍّ وَلَا حَزَن وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشاكها، إلا كفَّر الله بها من خطاياه. (رواه البخاري)
Artinya: “Tidak ada kesulitan yang menimpa seorang Muslim berupa kelelahan, kesakitan, kecemasan, kesedihan, kesedihan, duka, atau gangguan bahkan sekecil tusukan duri pun, melainkan Allah akan menghapus dosa-dosanya melalui hal itu.” (HR. Bukhari)
Pesan dalam hadist ini adalah bahwa melalui kesabaran dan ikhlas dalam menghadapi cobaan dan kesusahan, seorang Muslim dapat mencapai ketenangan dan pengampunan dari Allah SWT.
-
Membaca Al-Qur’an
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ تَعَالَى يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَه (رواه ابي داود)
Artinya: “Dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ beliau bersabda, “Tidaklah sebuah kaum berkumpul di dalam rumah diantara rumah-rumah Allah Ta’ala, membaca kitab Allah, dan saling mempelajarinya diantara mereka melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, mereka diliputi rahmat, serta dikelilingi malaikat, dan Allah menyebut-nyebut mereka diantara malaikat yang ada di sisi-Nya.”
Hadist ini melengkapi dan menguatkan point sebelumnya bahwa membaca al-Quran dan mempelajari kitabullah juga merupakan sarana yang penting untuk mendapatkan ketenangan melalui rahmat Allah. Pesan yang terbawa dari kedua hadis tersebut adalah bahwa aktifitas mengingat Allah, baik melalui dzikir maupun melalui membaca kitab suci, akan membawa berkah dan ketenangan dalam kehidupan, karena Allah memberikan rahmat-Nya kepada mereka yang berusaha mendekatkan diri kepada-Nya dengan cara ini.
Maka, dengan menerapkan ajaran Nabi seperti shalat, berzikir, ikhlas, bersabar, dan membaca Al-Qur’an, seseorang dapat melakukan self healing untuk mengatasi luka batin dan gangguan mental. Kedekatan dengan Allah dan amalan yang baik akan membawa ketenangan dan pengharapan dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Penulis merupakan semester 5 angkatan Rihlah.
Editor : Alfiya Hanafiyah