Penulis: Aulia Rachmatul Umma
Masalah kebersihan dan keimanan menjadi satu kesatuan yang kokoh. Ketika kita sholat maka tidak sah jika badan, pakaian dan tempat yang digunakan untuk sholat masih najis dan masih memilki hadats. Sudah jelas bahwa islam mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan. Disebutkan dalam hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ ، وَالْحَمْدُ لِلهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ تَمْلَآنِ – أَوْ تَمْلَأُ – مَا بَيْنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ، وَالصَّلَاةُ نُورٌ ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ ، وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ ، كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَايِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا . (حديث رواية ابن ماجة)
Dari Abu Malik Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bersuci itu bagian dari iman. Ucapan Alhamdulillah memperberat timbangan (kebaikan). Ucapan Subhanallah dan Alhamdulillah memenuhi ruangan antara langit dan bumi. Shalat adalah cahaya. Sedekah adalah bukti nyata. Sabar adalah pelita. Dan Al-Qur’an adalah hujjah yang membela atau menuntutmu. Semua orang berusaha. Ia pertaruhkan dirinya. Maka ada yang untung dan ada yang merugi”. (Hadis Riwayat Ibnu Majah).
Sudah jelas disebutkan di atas, bersuci merupakan sebagian dari iman. Dalam kehidupan sehari-hari Rasulullah senantiasa menjaga kebersihan diri maupun lingkungan sekitar. Namun, realita sekarang banyak umat muslim yang kurang menjaga kebersihan, terutama kebersihan lingkungan.
Jika kita melihat sekitar dan menemukan ada petugas pembersih jalan, maka orang-orang akan melihatnya hanya dengan sebelah mata. Padahal, mereka adalah penegak keimanan. Dengan kita senantiasa menjaga kebersihan, maka iman kita masih ada.
Hadis Tentang Menjaga Lingkungan
Tidak hanya menjaga diri, menjaga lingkungan pun penting untuk kita jaga kebersihan serta keamanannya. Kita diajarkan untuk menghilangkan sesuatu yang membahayakan jalan, agar orang lain tidak terkena bahaya, seperti yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ – أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ – شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ» (متفق عليه)
Abu Hurairah -raḍiyallāhu ‘anhu- meriwayatkan, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Iman itu memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling utama ialah ucapan Lā ilāha illallāh, dan cabang yang paling rendah ialah menyingkirkan duri dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang dari iman.” (HR. Bukhori, Muslim).
Iman seorang muslim memiliki banyak cabang, dan yang paling ringan adalah dengan menyingkirkan duri dari jalan. Menyingkirkan duri di sini bisa diartikan lebih luas, dengan menyingirkan segala sesuatu yang membahayakan jalan itu bisa dikatakan imathatul adza. Menyingkirkan sampah dari jalan itu merupakan implementasi dari imathatul adza.
Indikasi keimanan seorang muslim terpancar dari kepekaan menjaga kebersihan. Jika ada yang membiarkan sampah berserakan di jalan, atau lebih parah membuang sampah di jalan itu menandakan imannya tidak nyata dalam perbuatan.
Dengan menjaga kebersihan, akan tercipta lingkungan yang sehat, dan dari lingkungan yang sehat mencerminkan keimanan yang kuat. Itulah korelasi antara kebersihan dan keimanan.
Penulis merupakan anggota Kajian Hadist
Editor: Alfiya Hanafiyah