Ada hal menarik yang kami petik dari salah satu pernyataan yang disampaikan guru kami Dr. Anang Firdaus Ketika beliau menjadi seorang pemateri dalam acara silaturahim santri pondok pesantren al-Amin Madura ke pondok pesantren Tebuireng.
Dr. Anang mengatakan bahwasanya ketika beliau mengkaji salah satu kitab karangan Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari yakni kitab at-Tibyan fi an-Nahyi an Muqoati al-Arham, beliau menemukan sebuah hikmah yang luar biasa dari kisah antara Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari dengan kyai yang juga seorang mursyid tarekat Naqsabandiyah di kota Jombang pada saat itu.
Seorang kyai ini merupakan ahli ibadah dan juga ahli tirakat, namun beliau kaku dan tidak pandai bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya (cenderung lebih menyukai uzlah). Namun hal itu berbanding terbalik ketika tamunya adalah orang penting. Suatu hari Ketika ada seorang pejabat pemerintahan yang mendatangi beliau dan meminta doa kepada beliau secara langsung beliau menerimanya dengan halus dan mendoakannya.
Kabar ini sampai ke telinga Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari dan hal ini menjadi kontroversial di mata beliau sampai-sampai beliau mendatangi rumahnya dan memanggil kyai tersebut untuk keluar dari rumahnya. Saat itu, Hadratussyeikh menyampaikan hadist Nabi Muhammad yang berbunyi,
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا هِشَامٌ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Hisyam] telah mengabarkan kepada kami [Ma’mar] dari [Az Zuhri] dari [Abu Salamah] dari [Abu Hurairah] radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia menyambung tali silaturrahmi, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam.” (Hadits Bukhari Nomor 5673)
Setelah mendengarkan nasihat dari Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari dan merenungi nasihat tersebut, tak lama tokoh mursyid tadi mendatangi Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari dan beliau berkata “Benar kamu wahai saudaraku (KH. Hasyim Asy’ari), mulai sekarang aku akan meninggalkan uzlah ku dan melakukan hal yang dilakukan manusia pada umumnya”.
Dan cerita ini diabadikan dalam kitab Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari yang berjudul at-Tibyan fi an-Nahyi an Muqoati al-Arham tanpa menyebutkan nama yang bersangkutan secara langsung.Ini merupakan adab yang luar biasa yang ditampilkan secara tidak langsung oleh Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari di dalam kitabnya saat mengkritik seseorang.
Kenapa Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari dalam kitabnya tidak mencantumkan nama seorang tokoh mursyid tadi secara langsung? Karena jika beliau mencantumkan namanya secara langsung maka akan mengakibatkan marwah dan kewibawaan dari seorang tokoh mursyid tadi itu hilang di pandangan masyarakat terutama bagi kita para santri yang mempelajari ilmu dari beliau .
Ini merupakan adab yang luar biasa yang ditampilkan Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari kepada kita semua, semoga dengan kita mempelajari dan mengkaji kitab-kitab beliau menjadi keberkahan untuk kita semua. Aamiin ya rabbal alamin.
Keterangan tersebut dapat dilihat pada lembaran berikut,
Penulis merupakan mahasantri angkatan Syalmahat