![](https://i0.wp.com/perpus.tebuireng.ac.id/wp-content/uploads/2024/09/Gambar-WhatsApp-2024-09-19-pukul-23.02.26_902b4236.jpg?resize=1024%2C576&ssl=1)
Manusia dengan segala kekurangannya (Mahaal Khata’ wa Nisyaan) tentunya perlu diberikan hidangan renungan kembali (Self Reminder) di waktu-waktu tertentu untuk dirinya. Tulisan ini ingin mengamalkan “misi suci” tersebut. Kali ini, penulis akan mencoba merefleksikan ulang betapa pentingnya hal-hal kecil dalam kehidupan yang kadang terlupakan oleh diri kita sendiri.
Joy In The Little Things
Diamini atau tidak, manusia selalu berkeinginan untuk mendapatkan hal-hal hebat di kehidupan mereka yang singkat. Rasa puas dalam diri ini tentunya akan lebih dominan dengan sebab hal-hal besar yang kita capai. Hal ini berbanding terbalik ketika yang kita dapat justru capaian remeh-temeh semata. Perasaan puas dan bangga dalam diri tidak akan sebesar kejadian pertama tadi. (Ini asumsi pribadi dari penulis, yang akan sangat senang bila para pembaca mengkritisi asumsi ini)
“Sometimes the little things in life mean the most,” (Terkadang hal-hal kecil dalam hidup adalah hal yang paling berarti) ungkap Ellen Hopkins, seorang Novelis kawakan dari Amerika Serikat. Ungkapan “Joy In The Little Things” (Kegembiraan dalam Hal-Hal Kecil) penulis kutip dari oretan tangan seorang seniman asal Aussie, Kerrie Hess. Buku gubahannya itu berjudul “Joy In The Little Things”.
Buku Kerrie yang sarat akan kefiminimannya tersebut berisi tips-tips yang diangkat olehnya untuk menikmati kehidupan di tengah carut-marut kesibukan yang sedang dia jalani saat ini. Alternatif kebahagiaan yang digagas oleh Kerrie itu menekankan untuk terus bahagia dengan hal-hal kecil yang sering kita lupakan kehadirannya.
Singkatnya, Kerrie dalam bukunya itu mencoba menyadarkan para pembaca bahwa hal-hal kecil dalam hidup ini justru menjadi sumber kebahagiaan bagi diri kita masing-masing. Contohnya saja adalah dengan berolahraga. Olahraga menjadi meditasi kebahagiaan yang cukup unik dalam kacamata Kerrie. Kerrie menyebut olahraga sebagai “Meditation in motion”. Contoh lainnya seperti dengan bergaul bersama kawan, minum teh di pagi hari, menyanyikan lagu favorit, dan hal-hal kecil lainnya yang sering dilupakan khalayak, bagi Kerrie merupakan sumber kebahagiaan sesungguhnya.
Joy In The Little Things dalam Hadis
Self reminder dari Kerrie tersebut ternyata telah diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. sejak 14 abad yang lalu. Bagi penulis, “Joy In The Little Things” dari Kerrie selaras dengan Konsep Syukur dalam Islam. Dikutip dari Mu’jam Wasith,
الشكر هو عرفان النعمة وإظهارها والثناء بها
“Syukur adalah mengetahui suatu nikmat, menampakkannya, dan memujinya”.
Sayangnya, oleh beberapa orang konsep syukur itu baru mereka amalkan terhadap pencapaian-pencapaian “besar” yang mereka nikmati. Padahal, Nabi SAW sendiri telah mengingatkan umatnya untuk bersyukur kepada perkara-perkara kecil (The Little Things) terlebih dahulu.
قَالَ عَبْدُ اللهِ حَدَّثَنَا مَنْصُورُ بْنُ أَبِي مُزَاحِمٍ ، حَدَّثَنَا أَبُو وَكِيعٍ الْجَرَّاحُ بْنُ مَلِيحٍ ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، عَنِ الشَّعْبِيِّ ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ ، قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ : ” مَنْ لَمْ يَشْكُرْ الْقَلِيلَ ، لَمْ يَشْكُرْ الْكَثِيرَ ، وَمَنْ لَمْ يَشْكُرْ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرْ اللَّهَ ، التَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللَّهِ شُكْرٌ ، وَتَرْكُهَا كُفْرٌ ، وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ ، وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ “. (أخرجه أحمد في مسنده : 18073)
“Barangsiapa tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak bisa mensyukuri yang banyak. Barangsiapa tidak berterima kasih kepada manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah. Menyebut-nyebut nikmat Allah adalah bagian dari bersyukur dan meninggalkan rasa syukur kepada Allah adalah kufur (mengingkari nikmatnya). Bersatu akan membawa rahmat dan bercerai-berai akan mendatangkan adzab” (HR. Ahmad, No. 18073).
Dalam hadis yang lain, Nabi juga mewanti-wanti kepada kita beberapa “The Little Things” yang kerap kali kita acuhkan, seperti kesehatan dan waktu luang.
حَدَّثَنِي مَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِنْدٍ ، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَاهُ يُحَدِّثُ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، أَنَّهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إِنَّ الصِّحَّةَ وَالْفَرَاغَ ، نِعْمَتَانِ مِنْ نِعَمِ اللَّهِ ، مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ “. (أخرجه أحمد في مسنده : 2253)
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya sehat dan waktu luang adalah nikmat dari Allah Swt. Kebanyakan manusia tertipu terhadap keduanya.” (HR. Ahmad, No. 2253)
Tentunya, Konsep Syukur dalam Islam ini menurut penulis lebih sempurna untuk mencapai kebahagiaan daripada “Joy In The Little Things” yang ditawarkan oleh Kerrie. Konsep Syukur menghadirkan “jasa-jasa Tuhan” di dalamnya, sedangkan gagasan Kerrie masih ditahap pengamatan duniawi. Bagi penulis, pandangan Kerrie terlalu picik karena hanya melihat hal-hal kecil dalam dimensi kebahagiaan saat ini, sehingga Kerrie lupa bahwa ada “campur tangan Tuhan” terhadap lahirnya kebahagiaan tersebut.
Oleh karena itu, Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan,
حقيقة الشكر الاعتراف بالنعمة للمُنْعِم
“Hakikat Syukur adalah pengakuan terhadap nikmat Sang Mu’im (Allah Swt.).” (Al-Jaami’ li Ahkaam al-Qur’an li al-Qurthubi ketika menafsirkan Surah Ibrahim ayat 7).
Wallahua’lam
Penulis Merupakan Mahasantri Semester 5 (Angkatan Mutawatir)
Editor: Vigar Ramadhan Dano M. D.