• Kontributor
  • Daftar
  • Login
Upgrade
Nuskha
Advertisement
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
Nuskha
No Result
View All Result
Home Artikel

Komentar para Cendikiawan Terhadap Kredibilitas Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Wildan Husin by Wildan Husin
September 20, 2024
in Artikel, Kajian Hadis, Uncategorized
0

Akhir-akhir ini, perbincangan di dunia maya kembali ramai dengan pandangan sebagian kalangan Salafi yang menyatakan bahwa berdzikir dengan menggunakan tasbih adalah sebuah bid’ah dalam Islam. Mereka berargumen bahwa tasbih adalah inovasi baru yang tidak ada di masa Nabi Muhammad SAW.

Untuk mendukung pandangan ini, mereka merujuk kepada fatwa seorang ulama yang dikenal dengan gelar ‘Muhadditsu-Syam’ (ahli hadis dari Syam), dan bahkan sebagian di antara mereka menyebutnya ‘Muhadditsud-Dunya’ (ahli hadis dunia). Ulama tersebut adalah Muhammad bin al-Haj Nuh bin Nijati bin Ādam al-Isyqudri al-Albāny, atau lebih dikenal sebagai al-Albani.

Namun, pada kesempatan ini, kami tidak berfokus untuk memperdebatkan apakah penggunaan tasbih merupakan perkara bid’ah atau tidak, karena sudah banyak ulama yang membahas topik ini secara mendalam. Sebaliknya, kami tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai kredibilitas al-Albani terkait gelar ‘al-Muhaddits’ (ahli hadis). Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami kriteria ulama yang layak diberi gelar tersebut menurut pandangan para ahli.

Dalam hal ini, Imam as-Suyuthi dalam kitab Tadrib ar-Rawi mengutip perkataan Syekh Fathu ad-Din, “Ahli hadis (al-Muhaddits) di masa kami adalah orang yang dihabiskan waktunya dengan hadis baik secara riwayat atau ilmu mushthalah (dirayah), dan orang tersebut mengetahui beberapa perawi hadis dan riwayat di masanya, serta menonjol sehingga dikenal daya hafalannya dan daya akurasinya. Jika ia memiliki pengetahuan yang lebih luas sehingga mengetahui para guru, dan para maha guru dari berbagai tingkatan, sekira yang ia ketahui dari setiap jenjang tingkatan lebih banyak daripada yang tidak diketahui, maka orang tersebut adalah al-Hafidz”.[1]

Dari sini, dapat kita tarik garis merah bahwa seorang dapat dianggap sebagai ahli hadis apabila ia telah mampu untuk menguasai hadis baik dari segi riwayat maupun dirayah, serta mengetahui beberapa rawi hadis dan riwayat di masanya, sehingga daya hafalan dan akurasinya dikenal oleh banyak orang. Pastinya, akan terbesit di benak pembaca, “Apakah Albani memenuhi kriteria-kriteria tersebut?”.

Untuk menjawab pertanyaan itu, kami akan mengutip kisah yang disebutkan oleh Syekh Abdullah al-Harari tentang Albani dalam kitabnya yang bertajuk Tabyinu Dhalalati Albani,

وقد ذكر لنا أن رجلا من المحامين قال له : أنت محدث؟ قال: نعم، قال: تروي لـنـا عـشـرة أحاديث بأسانيدها ، قال : أنا لست محدث حفظ بل محدث كتاب، فقال الرجل : وأنا أستطيع أن أحدث من كتاب، فأسكته.

Diceritakan bahwa ada seseorang dari Mahami yang bertanya kepada Syekh Albani: “Apakah anda ahli hadis (Muhaddits)?” Syekh Albani menjawab: “Ya!” Ia bertanya: “Tolong riwayatkan 10 hadis kepada saya beserta sanadnya!” Syekh Albani menjawab: “Saya bukan ahli hadis penghafal, saya ahli hadis kitab.” Orang tadi berkata: “Saya juga bisa kalau menyampaikan hadis ada kitabnya.” Lalu Syaikh Albani terdiam.[2]

Begitu juga, kisah yang dikutip oleh Abdullah bin Muhammad asy-Syamrani tentang Albani,

عُرِفَ الشَّيْخُ اْلأَلْبَانِي رَحِمَهُ اللهُ بِقِلَّةِ شُيُوْخِهِ وَبِقِلَّةِ إِجَازَاتِهِ . فَكَيْفَ اسْتَطَاعَ أَنْ يُلِّمَّ بِالْعُلُوْمِ وَلاَ سِيَّمَا عِلْمِ الْحَدِيْثِ وَعِلْمِ الْجَرْحِ وَالتَّعْدِيْلِ عَلَى صُعُوْبَتِهِ ؟

“Syekh Albani dikenal dengan sedikitnya guru dan minimnya ijazah dalam hadis. Maka bagaimana ia mampu memperdalam ilmu-ilmu, apalagi ilmu hadis dan ilmu tentang metode memberi penilaian cacat dan adil yang sangat sulit?”.[3]

Dari kisah yang dikutip oleh Syekh Abdullah al-Harari dan Abdullah asy-Syamrani, setidaknya kita menemukan titik cerah bahwa Albani adalah seorang yang mempelajari hadis melalui satu kitab ke kitab yang lain, dan ia mengaku bahwa dirinya bukanlah orang yang menghafalkan hadis-hadis yang ia dalami sebagai ‘Al-Muhaddits’.

Di sisi lain, ulama telah memberi rambu-rambu merah mengenai hadis yang diambil dari orang-orang yang belajar secara otodidak. Orang yang belajar secara otodidak dalam Mushthalah al-Hadis disebut dengan “shahafi”. Adapun terkait kredibilitas rawi hadis yang dianggap shahafi, Imam ad-Darimi berkata,

يَقُوْلُ الدَّارِمِي مَا كَتَبْتُ حَدِيْثًا وَسَمِعْتُهُ يَقُوْلُ لاَ يُؤْخَذُ الْعِلْمُ مِنْ صَحَفِيٍّ

“Ad-Darimi (ahli hadis) berkata: Saya tidak menulis hadis (tapi menghafalnya). Ia juga berkata: Jangan mempelajari ilmu dari orang yang otodidak”[4]

Syekh Syuaib al-Arnauth menjelaskan lebih detail tentang ‘shahafi’, Shahafi adalah orang yang mengambil ilmu dari kitab, bukan dari guru. Menurutnya, orang seperti ini tidak diperhitungkan ilmunya, sebab akan mengalami kesalahan. Oleh karena itu, para ulama tidak memperhitungkan ilmu seseorang yang diambil dari buku, yang tidak melalui jalur riwayat, pembelajaran dan pembahasan.

Sebagai contoh rawi-rawi yang dianggap shahafi adalah Ibnu Hubaib. Ulama menyatakan bahwa riwayatnya tidak bisa diterima sebab ia dianggap shahafi. Dalam Siyar A’lam an-Nubala’ dijelaskan,

وممن ضعف ابن حبيب أبو محمد بن حزم، ولا ريب أنه كان صحفيا

“Diantara yang menilai dhaif Ibnu Hubaib adalah Abu Muhammad bin Hazam. Dan tidak diragukan lagi bahwa Ibnu Hubaib adalah otodidak”.[5]

Hal ini tidak lain dikarenakan seorang ahli hadis diharuskan untuk mempelajari hadisnya melalui para guru agar tidak terjerumus ke dalam jurang kesalahan dan kekeliruan dan tidak seyogyanya ia mendapatkan hadis hanya melalui kitab dan lembaran saja. Oleh karena itu ulama salaf mengatakan:

لا تأخذ القرآن من مصحفيٍّ، ولا الحديث من ‌صحفيٍّ

“Jangan mengambil al-Quran dari orang yang membaca mushaf (tanpa guru), dan jangan mengambil hadis dari orang yang membaca kitab dan lembaran (tanpa guru)”.[6]

Dari uraian di atas, pembaca dapat menemukan titik cerah, apakah kredibilitas Syekh Albani memang layak disematkan sebagai al-Muhaddits (ahli hadis) atau tidak? Apakah Syekh Albani layak dijuluki ‘Muhaddits ad-Dunya’ atau tidak? Mari berpikir dengan nalar yang sehat.

Penulis merupakan Mahasantri semester 1 (Angkatan Amatsil)

Editor: Vigar Ramadhan Dano M. D.


[1]Tadribur-Rawi Syarah Taqrib 1/11

[2] Tabyin Dlalalat Albani 6

[3] Tsabat Muallafat al-Albani’ 7

[4] Siyar A’lam an-Nubala, 8/34

[5] Siyar A’lam an-Nubala’ 12/106

[6] Taisir Mushtalahil-Hadis, 213

Tags: hadisMa'had Aly Tebuireng.Mahasantri
Previous Post

Hadis Joy in The Little Things

Next Post

Konsep Mi’yaru Syar’i dalam Islam

Wildan Husin

Wildan Husin

Pecinta Kajian

Related Posts

Hermeneutik Hadis dan Sejarah: Mencari Keseimbangan antara Teks Agama dan Fakta Historis
Artikel Ringan

Hermeneutik Hadis dan Sejarah: Mencari Keseimbangan antara Teks Agama dan Fakta Historis

by Ridwan GG
Mei 22, 2025
Ingkar Sunnah Modern: Narasi yang Dipersoalkan dan Tokoh-Tokohnya (Bagian II)
Artikel Ringan

Ingkar Sunnah Modern: Narasi yang Dipersoalkan dan Tokoh-Tokohnya (Bagian II)

by Vigar Ramadhan
Mei 20, 2025
Ingkar Sunnah Klasik: Riak Awal Penolakan Hadis Nabi SAW (Bagian I)
Artikel Ringan

Ingkar Sunnah Klasik: Riak Awal Penolakan Hadis Nabi SAW (Bagian I)

by Vigar Ramadhan
Mei 19, 2025
Peran Sentral Ummul Mukminin dalam Pewarisan Hadis-Hadis Rumah Tangga
Artikel

Peran Sentral Ummul Mukminin dalam Pewarisan Hadis-Hadis Rumah Tangga

by Ridwan GG
Mei 18, 2025
Menapaki Jejak Teori Projecting Back (Bagian I): Dari Sosok Joseph Schacht hingga Guncangan Teorinya
Artikel

Menapaki Jejak Teori Projecting Back (Bagian II): Kritik, Penolakan, dan Refleksi atas Warisan Schacht

by Vigar Ramadhan
Mei 15, 2025
Next Post

Konsep Mi'yaru Syar'i dalam Islam

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

register akun perpus maha

Premium Content

Hadis Mu’an’an, Termasuk Muttashil atau Munqothi’ ?

Agustus 29, 2023
Hadis-Hadis Perjuangan Seputar Hari Pahlawan

Hadis-Hadis Perjuangan Seputar Hari Pahlawan

November 9, 2024
Menelusuri Hadis: Pentingnya Takhrij dalam Penelitian Hadis

Menelusuri Hadis: Pentingnya Takhrij dalam Penelitian Hadis

Desember 2, 2024

Browse by Category

  • Artikel
  • Artikel Ringan
  • Berita
  • biografi
  • Feminisme
  • Fikih Ibadah
  • Hadis Tematik
  • Hasyimian
  • Kajian Fikih
  • Kajian Hadis
  • Library Management System
  • Opini
  • Orientalis
  • powerpoint
  • Resensi
  • Review Literatur
  • Sejarah Hadis
  • tafsir dan ulum al-qur'an
  • Tasawuf dan Tarekat
  • Tekno
  • ulumul hadits
  • Uncategorized

Browse by Tags

ahli fiqih Alam artikel bumi dermawan dirasat asanid fikih hadis hadist Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari Hasyim Asy'ari ilmu hadis jurnal Kajianhadis kajian hadis kajianhadist kitab kritik hadis lingkungan ma'hadaly ma'had aly ma'hadalyhasyimasy'ari mahad aly mahad aly hasyim asyari Mahasantri masyayikh Tebuireng medsos Metodelogi Muhaddis musthalah hadits Nabi Nabi Muhammad NU OJS orientalis Puasa qur'an Ramadhan sahih bukhari muslim sanad sejarah Syamsul Maarif takhrij Tarawih Tebuireng
Nuskha

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Navigate Site

  • Account
  • Game Hadis
  • Koleksi Kitab Digital
  • Kontributor
  • Logout
  • My Profile
  • NUSKHA
  • Password Reset
  • Pendaftaran Akun Penulis
  • Perpus MAHA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Hadis
  • Kajian Fikih
  • Berita
  • Mulai menulis

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?