Dharuriyat atau yang kita kenal dengan kebutuhan primer adalah istilah yang berarti sesuatu yang utama dan penting. Layaknya sandang, pangan, dan papan dalam kehidupan manusia, kebutuhan primer menjadi prioritas demi keberlangsungan hidup. Konsep ini juga berlaku bagi pelajar atau santri yang sedang menuntut ilmu, terutama di pesantren. Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam berbagai disiplin ilmu, santri harus memenuhi kebutuhan dasar tertentu agar proses belajar mereka dapat membuahkan hasil yang optimal.
Syekh Az-Zarnuji dalam salah satu syairnya menyebutkan enam elemen penting dalam menuntut ilmu:
ذُكَاءٍ وَ حِرْصٍ وَ اصْطِبَارٍ وَ بُلْغَةٍ # وَ اِرْشَادِ اُسْتِاذٍ وَ طُوْلِ زَمَان
“Kecerdasan, ketekunan, kesabaran, bekal, petunjuk guru, serta waktu yang cukup panjang.”
Hal-hal tersebut merupakan kebutuhan primer bagi seorang penuntut ilmu. Terlebih lagi, apabila santri memutuskan untuk mendalami ilmu hadis, yang merupakan ilmu yang mulia, tentu ia harus ditempuh dengan cara yang mulia pula. Para ulama telah memberikan panduan dan langkah-langkah agar seorang pelajar sukses dalam menuntut ilmu hadis sesuai dengan jalan yang telah digariskan para muhaddis.
Dalam kitab Al-Madkhol Rawi fi Mukhtasar Ulumul al-Hadis, disebutkan dua kebutuhan utama bagi seorang pelajar hadis:
الأول تَصْحِيح النِّيَّة فِي طلبه لله تَعَالَى خَالِصا والحذر من قصد التَّوَصُّل بِهِ إِلَى الْأَغْرَاض الدُّنْيَوِيَّة ويبتهل إِلَى الله تَعَالَى فِي التَّوْفِيق والتيسير وَيَأْخُذ نَفسه بالآداب السّنيَّة والأخلاق المرضية فَعَن سُفْيَان الثَّوْريّ مَا أعلم عملا أفضل من طلب الحَدِيث لمن أَرَادَ الله بِهِ وَقد تقدم الْكَلَام فِي السن الَّذِي يبتدىء فِيهِ بِسَمَاع الحَدِيث وليغتنم مُدَّة إِمْكَانه ويفرغ جهده فِي تَحْصِيله
“Seorang pelajar hadis harus memperbaiki niatnya agar ikhlas hanya kepada Allah SWT. Ia harus menjauhkan diri dari tujuan duniawi serta senantiasa berdoa memohon taufik dan kemudahan dalam belajar. Selain itu, penting bagi seorang pelajar untuk berpegang teguh pada adab dan akhlak yang baik. Sufyan ats-Tsauri berkata, “Aku tidak mengetahui amalan yang lebih baik dari belajar hadis. Barang siapa yang ingin belajar hadis, hendaknya ia memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya dan bersungguh-sungguh.”
الثَّانِي أَن يبْدَأ بِسَمَاع مَا عِنْد أرجح شُيُوخ بَلَده إِسْنَادًا وعلما ودينا وشهرة فَإِذا فرغ من مهمات بَلَده رَحل فِي الطّلب فَإِن الرحلة من عَادَة الْحفاظ المبرزين
“Hendaknya seorang pelajar hadis memulai belajarnya dari seorang syekh yang memiliki sanad yang baik, keilmuan yang mumpuni, dan reputasi yang terjaga. Setelah menyelesaikan studi dengan guru di tempat asalnya, pelajar dianjurkan untuk melakukan rihlah (perjalanan) ke tempat lain untuk menuntut ilmu dari ulama hadis yang lain.”
Kiai Ali Mustafa Yaqub, seorang pakar hadis asal Indonesia, dalam salah satu bukunya juga menjelaskan bahwa kajian hadis di masa sekarang mencakup tiga bahasan utama:
وتنحصر دراسات الحديث النبوي في العصر الحاضر على ثلاثة أمور : الأول ما يتعلق بمصطلح الحديث بما في ذلك الدفاع عن الحديث ضد منكري الحديث والمستشرقين. والثاني ما يتعلق بطرق تخريج الحديث ونقد المتون والأسانيد. والثالث ما يتعلق بفهم الحديث النبوي.
“Kajian hadis pada masa sekarang terbagi menjadi tiga bahasan. Pertama, berkaitan dengan dengan Ilmu Musthalah Hadis, termasuk untuk mempertahankan hadis dari serangan orang-orang yang menolak hadis dan para orientalis. Kedua, berkaitan dengan metode takhrij serta kritik matan dan sanad hadis. Ketiga, bahasan yang berkaitan dengan metode pemahaman hadis.”
Penjelasan ini memberikan panduan kepada para pelajar agar memahami langkah-langkah mempelajari ilmu hadis dengan benar, sehingga tidak keliru dalam memahami disiplin ilmu yang sangat mulia ini.
Sebagai langkah awal, pelajar dianjurkan untuk memulai dari kitab-kitab kecil terlebih dulu seperti kitab Taisir Musthalah al-Hadis karya Mahmud Thahhan untuk membangun dasar pemahaman yang kokoh. Setelah itu, pelajaran dapat dilanjutkan ke kitab seperti Tadrib ar-Rawi karya Imam Nawawi, yang membahas berbagai problematika dalam ilmu hadis. Selanjutnya, pelajar dapat melanjutkannya ke ilmu takhrij dan jarh wa ta’dil agar pemahaman mereka menjadi semakin sempurna.
Dengan memenuhi kebutuhan primer ini, para penuntut ilmu hadis dapat lebih mudah menempuh jalan menuju pemahaman yang mendalam dan terstruktur. Ilmu hadis yang sangat mulia ini membutuhkan niat yang tulus, metode yang benar, dan ketekunan yang konsisten agar dapat memberikan manfaat besar tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi umat Islam secara keseluruhan.
Wallahu a’lam.
Penulis merupakan mahsantri semester 4 (Angkatan Syalmahat)
Editor: Vigar Ramadhan Dano M.D.