• Kontributor
  • Daftar
  • Login
  • Register
Upgrade
Nuskha
Advertisement
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
Nuskha
No Result
View All Result
Home Artikel

Menimbang antara Upaya Melestarikan Tradisi Tabarruk dalam Periwayatan Hadis Musalsal dan Tuntutan Keabsahan Sanad Ilmiah dalam Kajian Hadis

Ma’sum by Ma’sum
November 24, 2025
in Artikel
0
Menimbang antara Upaya Melestarikan Tradisi Tabarruk dalam Periwayatan Hadis Musalsal dan Tuntutan Keabsahan Sanad Ilmiah dalam Kajian Hadis

Dalam tradisi keilmuan Islam, sanad adalah pilar utama dalam menjaga keautentikan hadis. Para ulama sejak awal telah menunjukkan ketelitian luar biasa dalam memastikan bahwa setiap hadis yang sampai kepada kita memiliki rantai transmisi (sanad) yang bersambung, terpercaya, dan jujur. Pada masa periwayatannya, seluruh hadis mulai dihimpun dalam bentuk catatan dan kitab. Namun tantangan baru kemudian muncul dalam bentuk pemalsuan hadis serta penyebaran riwayat-riwayat yang tidak valid.

Menghadapi ancaman tersebut, para ulama hadis (muḥadditsīn) menyusun metode yang sangat ketat untuk memastikan keaslian hadis. Salah satu langkah terpentingnya adalah mensyaratkan keberadaan sanad (rantai periwayatan) yang bersambung dan diisi oleh perawi yang terpercaya dan adil dalam setiap riwayatnya. Tidak hanya dalam konteks periwayatan awal, bahkan dalam tahap penyalinan kitab-kitab hadis sekalipun, prinsip sanad tetap diterapkan oleh para ulama. Setiap salinan naskah hadis diperiksa kesahihannya melalui rantai transmisi tertulis yang bisa dipertanggungjawabkan.

Inilah yang membentuk tradisi intelektual hadis yang sangat ketat dan unik dalam khazanah ilmu-ilmu Islam. Di mana tidak hanya teks yang dijaga, tetapi juga jalur transmisi dan validitas setiap kalimat yang dinisbahkan kepada Rasulullah saw. [1]

Di sisi lain, berkembang pula sebuah praktik yang khas dalam dunia periwayatan, praktik tersebut adalah ijazah hadis musalsal. Hadis musalsal adalah periwayatan yang dilakukan oleh para perawi secara berurutan dalam suatu sanad, di mana masing-masing perawi memiliki kesamaan dalam sifat atau keadaan tertentu. Kesamaan tersebut terbagi menjadi dua bentuk: pertama, sifat yang berkaitan dengan cara periwayatan dan metode penerimaan hadis; kedua, sifat atau keadaan yang menjadi ciri para perawi itu sendiri.[2] Dalam tujuannya, praktik ini memiliki nilai yang cukup baik. Hal ini dikarenakan praktik tersebut memiliki suatu keistimewaan tersendiri dengan menunjukkan kuatnya ketelitian periwayatan serta memastikan bahwa seorang perawi benar-benar mendengar hadis tersebut dari gurunya yang berada di atasnya dalam sanad.[3]

Secara teori, praktik dengan model periwayatan musalsal memiliki tujuan yang sangat bagus, yaitu menunjukkan kuatnya ketelitian periwayatan serta memastikan bahwa seorang perawi benar-benar mendengar hadis tersebut dari gurunya. Namun pada kenyataannya, hadis yang diriwayatkan secara musalsal nyaris keseluruhannya memiliki kelemahan dalam sanadnya. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Al-Hafidz Adz-Dzahabi dalam karyanya berikut,

وعامة المسلسلات واهية، وأكثرها باطلة، لكذب رواتها.

Secara umum, hadis-hadis musalsal lemah, dan kebanyakan di antaranya batil karena adanya kebohongan dari para perawinya.[4]

Jika kita cermati pernyataan Al-Ḥāfiẓ Adz-Ḏzahabī di atas dapat dipahami bahwa hadis musalsal kerap berstatus dhaif karena sering ditemukan adanya kecacatan pada sebagian besar perawinya. Dengan demikian, kedudukan hadis musalsal pada dasarnya sama seperti hadis yang diriwayatkan dengan bentuk selain musalsal: ia dapat dinilai sahih apabila memenuhi lima syarat kesahihan hadis secara umum.[5] Oleh karena itu, penyematan status dhaif pada hadis musalsal secara umum ditujukan kepada jalur sanadnya yang sering bermasalah ketika suatu hadis diriwayatkan dengan model musalsal.

Meski sanad hadis musalsal kerap dijumpai bermasalah, bukan berarti matan dari hadis musalsal juga bermasalah. Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak sekali hadis musalsal yang kandungan  matannya sahih sebagaimana hadis musalsal yang sering kita dengar yaitu يا معاذ والله إني لأحبك. Para ulama sepakat bahwa kandungan matan dalam hadis ini sahih meski susunan periwayatannya tidak sepenuhnya tersambung dalam bentuk musalsal dengan lafaz والله إني لأحبك hingga akhir sanad. Sebab, pada sebagian lapisan sanad, lafaz tersebut tidak disebutkan. Adapun kenyataannya, Nabi saw. memang mengatakan kepada Mu‘ādz bin Jabal ra., “Demi Allah, aku mencintaimu”, dan Mu‘ādz mengatakannya kepada Al-Ṣunābīḥī, lalu Al-Ṣunābīḥī mengatakannya kepada Al-Ḥublī sehingga dalam hal ini tidak ada masalah.[6]

Berdasarkan pemaparan di atas, timbullah sebuah dilema dalam tradisi yang kerap kita jumpai di berbagai pesantren, yaitu tradisi ijazah hadis musalsal dalam rangka tabarrukan. Dilema tersebut terletak antara semangat menjaga keaslian sanad di satu sisi, dan kebiasaan ijazahan hadis musalsal yang diajarkan para guru di sisi lain. Kenyataannya, sebagian besar hadis musalsal memiliki kelemahan pada sanadnya. Dalam artikel singkat ini, penulis berupaya memberikan jembatan pemahaman sekaligus jawaban atas keresahan tersebut: bahwa kedua tradisi ini sebenarnya dapat dijalankan secara bersamaan tanpa perlu saling dipertentangkan, sehingga tidak ada satu pun yang harus dikorbankan. Berikut ulasannya.

Dalam tradisi ulama salaf, sering kita jumpai sikap yang konsisten: ketika mereka menemui sebuah hadis yang maknanya baik namun sanadnya bermasalah, mereka tetap menetapkan statusnya sebagai dhaif, tetapi tetap mengamalkan kandungan maknanya. Salah satu contoh yang dapat dijadikan acuan adalah sikap Imām Aḥmad bin Ḥanbal terhadap hadis: “Semua orang setara (kufū’) kecuali penenun, tukang bekam, dan penyapu jalan.” Imām Aḥmad menilai sanad hadis tersebut lemah, namun pada kenyataannya beliau tetap menjadikannya sebagai salah satu tolok ukur dalam menentukan kafā’ah (kesetaraan) dalam masalah pernikahan. Dengan kata lain, meskipun beliau melemahkan sanadnya, isi hadis tersebut tetap diamalkan karena dinilai sejalan dengan prinsip-prinsip yang dipegang dalam fikih. Berikut adalah pernyataan Imām Aḥmad yang menunjukkan penilaian beliau terhadap hadis tersebut sekaligus penerapannya yang menurutnya masih relevan.

قال أحمد: الناس كلهم أكفاء إلا الحائك والحجام والكساح. فقيل له: تأخذ بحديث «كل الناس أكفاء إلا حائكا أو حجاما» وأنت تضعفه؟ ! فقال: إنما نضعف إسناده، لكن العمل عليه.

Imam Ahmad berkata, “Semua orang setara (kufu’) kecuali penenun, tukang bekam, dan penyapu jalan.” Lalu dikatakan kepadanya, “Apakah engkau berpegang pada hadis ‘Semua orang setara kecuali penenun atau tukang bekam’ padahal engkau melemahkannya?” Ia menjawab, “Kami hanya melemahkan sanadnya, tetapi amal perbuatannya tetap berdasarkan hadis tersebut.”[7]

Page 1 of 2
12Next
Tags: hadishadismusalsalma'hadalyMahasantripesantrentabarukan
Previous Post

Bank Konvensional vs Bank Syari’ah : Kajian Komprehensif atas Interest Rate (Suku Bunga) dan konsep Riba’

Ma’sum

Ma’sum

Mahasiswa asal probolinggo

Related Posts

Bank Konvensional vs Bank Syari’ah : Kajian Komprehensif atas Interest Rate (Suku Bunga) dan konsep Riba’
Artikel

Bank Konvensional vs Bank Syari’ah : Kajian Komprehensif atas Interest Rate (Suku Bunga) dan konsep Riba’

by Dhion Rahmadi Fajar
November 15, 2025
Memahami Pemikiran Syekh Yusuf al-Qardhawi secara Metodologis Dalam Kitab Kayfa Nata’amal Ma’a as-Sunnah an-Nabawiyyah
Artikel

Memahami Pemikiran Syekh Yusuf al-Qardhawi secara Metodologis Dalam Kitab Kayfa Nata’amal Ma’a as-Sunnah an-Nabawiyyah

by Naufal Afif
November 9, 2025
Memahami Pemikiran Prof. Ali Musthafa Ya’kub secara Metodologis
Artikel

Memahami Pemikiran Prof. Ali Musthafa Ya’kub secara Metodologis

by Naufal Afif
November 9, 2025
Air yang Tak Ternajisi: Refleksi Hadis Dua Qullah dalam Dakwah Gus Miek di Dunia Malam
Artikel

Air yang Tak Ternajisi: Refleksi Hadis Dua Qullah dalam Dakwah Gus Miek di Dunia Malam

by Ridwan GG
Oktober 19, 2025
Kesibukan Tanpa Makna: Renungan Islam untuk Menata Hidup di Tengah Arus Produktivitas Modern
Artikel

Kesibukan Tanpa Makna: Renungan Islam untuk Menata Hidup di Tengah Arus Produktivitas Modern

by AI NURUSSAADAH
September 9, 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

register akun perpus maha

Premium Content

Mengenal Tokoh Pendiri Madzhab Az-Zhahiri

Mengenal Tokoh Pendiri Madzhab Az-Zhahiri

Februari 13, 2024
Kajian Hadis: “Dimanakah Allah? Allah Di Langit”

Kajian Hadis: “Dimanakah Allah? Allah Di Langit”

Februari 11, 2025
Sinergi Muhaddisin dan Fuqaha: Harmoni dalam Pengembangan Keilmuan Islam

Sinergi Muhaddisin dan Fuqaha: Harmoni dalam Pengembangan Keilmuan Islam

Maret 23, 2025

Browse by Category

  • Artikel
  • Artikel Ringan
  • Berita
  • biografi
  • Feminisme
  • Fikih Ibadah
  • Fikih Muamalah
  • Fiqhul Hadis
  • Hadis Tematik
  • Hasyimian
  • Kajian Fikih
  • Kajian Hadis
  • Library Management System
  • Opini
  • Orientalis
  • powerpoint
  • Resensi
  • Review Literatur
  • Sejarah Hadis
  • tafsir dan ulum al-qur'an
  • Tasawuf dan Tarekat
  • Tekno
  • ulumul hadits
  • Uncategorized

Browse by Tags

agama ahli fiqih Alam artikel bumi demonstrasi dermawan dirasat asanid fikih hadis Hasyim Asy'ari ilmu hadis islam jurnal Kajianhadis kajian hadis kajianhadist kitab kritik hadis lingkungan ma'hadaly ma'had aly ma'hadalyhasyimasy'ari MAHA mahad aly mahad aly hasyim asyari Mahasantri masyayikh Tebuireng Metodelogi Muhaddis musthalah hadits Nabi Muhammad OJS orientalis pesantren Puasa qur'an Ramadhan sains sanad sejarah Shalat takhrij Tarawih Tebuireng
Nuskha

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Navigate Site

  • Account
  • Edit Profile
  • Game Hadis
  • Koleksi Kitab Digital
  • Kontributor
  • Login
  • Login
  • Logout
  • My Profile
  • NUSKHA
  • Password Reset
  • Password Reset
  • Pendaftaran Akun Penulis
  • Perpus MAHA
  • Register
  • جدول مراتب الجرح والتعديل

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Hadis
  • Kajian Fikih
  • Berita
  • Mulai menulis

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?