• Kontributor
  • Daftar
  • Login
Upgrade
Nuskha
Advertisement
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
Nuskha
No Result
View All Result
Home Artikel

Pemerosotan Syarat Kedlabitan Seorang Perawi di Masa Imam an–Nawawi

Ridwan GG by Ridwan GG
Juni 13, 2024
in Artikel, ulumul hadits
0
Pemerosotan Syarat Kedlabitan Seorang Perawi di Masa Imam an–Nawawi

Hadis merupakan elemen penting kedua  setelah al-Qur’an yang dimiliki oleh umat muslim di seluruh belahan dunia. Diantara fungsi hadis adalah sebagai dasar acuan untuk menentukan atau menjelaskan suatu hukum yang tidak terdapat dalam al-Qur’an.

Sebagaimana dijelaskan Allah Swt. dalam surah al-Hasyr ayat 7 berikut:

وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِۘ

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah. Apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.”

Ilmu hadis sendiri mempunyai tatanan kaidah secara independen untuk memastikan keorisinilan hadis dengan meninjau kepribadian seorang perawi hadis yang dilihat dengan konsep jarh wa ta’dil,  diantaranya yaitu memiliki sifat dlabit.

Menurut Mahmud Thahan dalam kitab Taysir Musthalah al-Hadis:

والضبط: ويعنون به أن يكون الراوي غير مخالف للثقات ولا سيء الحفظ ولا فاحش الغلط ولا مغفلا ولا كثير الأوهام

“Sedangkan dlabit ialah periwayatan perawi tidak bertentangan dengan perawi siqah lainnya, hafalannya tidak jelek, jarang salah, tidak lupa, dan tidak keliru.”

 Namun di masa imam an–Nawawi syarat kedlabitan seorang rawi mengalami penurunan yang drastis, padahal kita ketahui bahwasanya kedlabitan yang kuat adalah persyaratan penting yang harus dimiliki seorang perawi hadis.

sebagaimana yang diceritakan pada kitab Tadrib ar-Rawi:

الثَّانِيَةَ عَشْرَةَ: أَعْرَضَ النَّاسُ هَذِهِ الْأَزْمَانَ عَنِ اعْتِبَارِ مَجْمُوعِ الشُّرُوطِ الْمَذْكُورَةِ لِكَوْنِ الْمَقْصُودِ صَارَ إِبْقَاءَ سِلْسِلَةِ الْإِسْنَادِ الْمُخْتَصِّ بِالْأُمَّةِ فَلْيُعْتَبَرْ مَا يَلِيقُ بِالْمَقْصُودِ، وَهُوَ كَوْنُ الشَّيْخِ مُسْلِمًا بَالِغًا، عَاقِلًا، غَيْرَ مُتَظَاهِرٍ بِفِسْقٍ، أَوْ سُخْفٍ، وَفِيضَبْطِهِ، بِوُجُودِ سَمَاعِهِ مُثْبَتًا بِخَطِّ غَيْرِ مُتَّهَمٍ، وَبِرِوَايَتِهِ مِنْ أَصْلٍ مُوَافِقٍ لِأَصْلِ شَيْخِهِ.

(تدريب الراوي في شرح تقريب النواوي )

“Diceritakan pada ibarat tersebut, muhadis pada zaman imam Nawawi mengeluhkan tentang standar kedlabitan yang  tinggi untuk kalangan muhadis pada saat itu dengan maksud untuk menetapkan kemusalsalan suatu hadis yang akan disampaikan kepada umat. Sehingga mereka  mencoba melakukan lobi terkait penurunan syarat kedobitan berupa :

1. Muslim                                                       

2. Baligh

3. Berakal

4. Tidak menampakkan kefasikannya

 5. Periwayatannya tidak bertentangan dengan riwayat gurunya.”

Hal tersebut jelas bertentangan dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh para ulama hadis terdahulu, padahal secara mutlak dan diketahui hadis mempunyai tatanan yang independen terkait isi dan perawi hadisnya, dan hal ini jelas tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun dalam keadaaan apapun karena hal ini nantinya akan berkaitan dengan keorisinilan kalam yang disampaikan oleh baginda nabi  Muhammad Saw. 14 abad yang lalu hingga sampai ke kita pada hari ini  melalui para perawi-perawi hadis.

     Ditambahi pernyataan  dari guru kami al-mukarrom ustadz Najib, betapa kalibernya seorang imam Nawawi di bidang hadis pada zamannya, sehingga imam Nawawi masih memiliki kedlabitan yang sama seperti pendahulunya. Beliau menambahkan, bahwasanya kita harus menyadari pada masa imam Nawawi saja syarat kedlabitan suatu rawi sudah mengalami penurunan yang luar biasa, apalagi di zaman kita sekarang ini.

Wallahua’alam.


Penulis merupakan mahasantri semester 2

Editor: Alfiya Hanafiyah

Tags: artikel
Previous Post

Imam An-Nasa’i dan Kitab Sunannya.

Next Post

Menjembatani Tradisi dan Modernitas: Tantangan Pembaruan Paradigma Islam Abad 21

Ridwan GG

Ridwan GG

Mahasiswa gantengggg pol Anak Syalmahat

Related Posts

Air yang Tak Ternajisi: Refleksi Hadis Dua Qullah dalam Dakwah Gus Miek di Dunia Malam
Artikel

Air yang Tak Ternajisi: Refleksi Hadis Dua Qullah dalam Dakwah Gus Miek di Dunia Malam

by Ridwan GG
Oktober 19, 2025
Kesibukan Tanpa Makna: Renungan Islam untuk Menata Hidup di Tengah Arus Produktivitas Modern
Artikel

Kesibukan Tanpa Makna: Renungan Islam untuk Menata Hidup di Tengah Arus Produktivitas Modern

by AI NURUSSAADAH
September 9, 2025
Menelisik Demonstrasi Dalam Kacamata Fiqhul Hadis
Artikel

Menelisik Demonstrasi Dalam Kacamata Fiqhul Hadis

by Wildan Husin
September 2, 2025
Tafsir Ahkam: Hijab Style di Era Serba Tren
Artikel

Tafsir Ahkam: Hijab Style di Era Serba Tren

by Syalmahat Maha
Juli 30, 2025
Mahar sebagai Tanda Hormat: Tafsir Surat An-Nisa’ Ayat 4
Artikel

Mahar sebagai Tanda Hormat: Tafsir Surat An-Nisa’ Ayat 4

by Syalmahat Maha
Juli 28, 2025
Next Post
Menjembatani Tradisi dan Modernitas: Tantangan Pembaruan Pemikiran Islam Abad 21

Menjembatani Tradisi dan Modernitas: Tantangan Pembaruan Paradigma Islam Abad 21

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

register akun perpus maha

Premium Content

Menapaki Jejak Teori Projecting Back (Bagian I): Dari Sosok Joseph Schacht hingga Guncangan Teorinya

Menapaki Jejak Teori Projecting Back (Bagian I): Dari Sosok Joseph Schacht hingga Guncangan Teorinya

Mei 15, 2025
Kajian Hukum Berfatwa melalui AI dalam Kaca Mata Islam

Kajian Hukum Berfatwa melalui AI dalam Kaca Mata Islam

Mei 12, 2025
Peran Sentral Ummul Mukminin dalam Pewarisan Hadis-Hadis Rumah Tangga

Peran Sentral Ummul Mukminin dalam Pewarisan Hadis-Hadis Rumah Tangga

Mei 18, 2025

Browse by Category

  • Artikel
  • Artikel Ringan
  • Berita
  • biografi
  • Feminisme
  • Fikih Ibadah
  • Fiqhul Hadis
  • Hadis Tematik
  • Hasyimian
  • Kajian Fikih
  • Kajian Hadis
  • Library Management System
  • Opini
  • Orientalis
  • powerpoint
  • Resensi
  • Review Literatur
  • Sejarah Hadis
  • tafsir dan ulum al-qur'an
  • Tasawuf dan Tarekat
  • Tekno
  • ulumul hadits
  • Uncategorized

Browse by Tags

agama ahli fiqih Alam artikel demonstrasi dermawan dirasat asanid fikih hadis hadist Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari Hasyim Asy'ari ilmu hadis islam jurnal Kajianhadis kajian hadis kajianhadist kitab kritik hadis lingkungan ma'hadaly ma'had aly ma'hadalyhasyimasy'ari mahad aly mahad aly hasyim asyari Mahasantri masyayikh Tebuireng Metodelogi Muhaddis musthalah hadits Nabi Muhammad Nuskha OJS orientalis Puasa Ramadhan sains sanad sejarah Shalat tafsir takhrij Tarawih Tebuireng
Nuskha

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Navigate Site

  • Account
  • Game Hadis
  • Koleksi Kitab Digital
  • Kontributor
  • Logout
  • My Profile
  • NUSKHA
  • Password Reset
  • Pendaftaran Akun Penulis
  • Perpus MAHA
  • جدول مراتب الجرح والتعديل

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Hadis
  • Kajian Fikih
  • Berita
  • Mulai menulis

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?