• Kontributor
  • Daftar
  • Login
Upgrade
Nuskha
Advertisement
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
Nuskha
No Result
View All Result
Home Artikel Ringan

Metode Berfikir Fikih ala Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari

IlHAM ZIDALHAQ by IlHAM ZIDALHAQ
November 8, 2024
in Artikel Ringan, Hasyimian
0
Metode Berfikir Fikih ala Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari

Agama Islam dikenal sebagai agama yang kompatibel (bergerak dengan keserasian) dengan perubahan zaman dan kondisi (sholih likulli zaman wa makan). Adapun dasar hukum Islam adalah -pasti- kembali pada muara Al-Qur’an dan Hadis. Namun, untuk memahami kedua sumber primer tersebut diperlukan kecakapan dalam menyesuaikan konteks. Tidak heran, jika para Fuqaha memiliki pandangan dan pemikiran berbeda dalam menyikapi suatu problematika yang ada. Walaupun dengan dalil yang sama, tetapi memiliki konklusi yang berbeda. Inilah yang menyebabkan Islam selalu siap dan sigap dalam menghadapi zaman yang terus berkembang.

Perbedaan dalam metode, epistimologis dan cara pandang dalam menyikapi suatu problematika, menjadikannya memiliki hukum yang lebih dari satu. Akan tetapi, ini bukanlah hal buruk, justru ini menjadi rahmat bagi umat Islam. Perbedaan pendapat itu hal yang lumrah dan manusiawi. Namun, jangan sampai perbedaan pendapat menjadikan seseorang bermusuhan, saling membenci, saling hina, maupun saling menyalahkan. Dikatakan, “Perbedaan dikalangan umat Islam merupakan rahmat, sedangkan perpecahan merupakan adzab”.

Dari dulu hingga sekarang, problematika umat terus saja bertambah dan semakin bertambah kompleks, sehingga dibutuhkan jawaban dan reaktualisasi kembali ajaran Islam yang shalih likulli zaman wa makan. Hingga para ulama bekerja keras dalam memberikan fatwa yang sesuai dengan konteks kekinian, tanpa meninggalkan nilai luhur dari maqasid syariah. Para ulama telah mencetuskan paradigma berfikir dan metode untuk menghadapi kondisi zaman yang selalu berubah. Tidak ketinggalan, KH. Hasyim Asy’ari (selanjutnya disebut Kiai Hasyim) sebagai founding father jamiyyah Nahdlatul Ulama yang memiliki pemikiran progresif dan revolusioner juga merupakan salah satu ulama yang memegang peran tersebut.

Walaupun memang Kiai Hasyim tidak menulis tulisan khusus yang berkaitan dengan paradigma berfikir dan metode fatwa dalam menghadapi problematika kemasyarakatan, tetapi hal itu sudah terbaca secara implisit melalui berbagai kitab karya tulisannya. Tulisan Kiai Hasyim terdiri berbagai genre, dan kebanyakan berupa risalah singkat yang menjawab problematika sosial yang sedang berkembang di saat itu. Ada latar belakang dan nilai historis dari setiap tulisan Kiai Hasyim. Tulisan-tulisan tersebut tidak muncul di ruang hampa begitu saja, melainkan ada faktor dan gejala sosial yang mempengaruhinya.

Diantara masterpice Kiai Hasyim yang fenomenal adalah kitab Ziyadah at-Ta’liqot, kitab ini ditulis untuk merespon pernyataan dan tuduhan Kiai Abdullah Yasin Pasuruan terhadap NU. Pernyataan demi pernyataan yang dituduhkan direspons oleh Kiai Hasyim dengan ilmiah dan kajian yang mendalam. Boleh dikatakan, kitab ini termasuk kitab terkompleks dan terbesar yang ditulis oleh Kiai Hasyim. Kajian di dalamnya menggunakan perpaduan lintas madzhab dan berbagai sudut pandang, serta dipadu dengan kaca mata sosial dan historis.

Dalam kitab tersebut, terdapat pemikiran fikih Kiai Hasyim atau boleh dikatakan Manhaj Fikr Al-Hasyimi tentang sikap dan respon atas pluralnya pendapat ulama tentang suatu problematika. Kiai Hasyim menyatakan bahwa semua pendapat ulama itu benar, dan semua memiliki landasan yang argumentatif. Maka tidak selayaknya saling tuduh menuduh, itu salah, ini benar, itu bid’ah, ini surga, itu neraka. “Tinggal dan jauhi ta’ashub (fanatik buta) mazhab” itulah pesan Kiai Hasyim.

Oleh karena itu, Kiai Hasyim berpikiran bahwa boleh bagi seorang untuk taqlid (mengikuti) semua pendapat para ulama, walaupun toh itu pendapat yang marjuh (lemah). Kiai Hasyim berpendapat bahwa jika menjumpai sebuah permasalahan, dan para ulama berselisih pendapat tentangnya, maka tidak ada kewajiban bagi orang awam atau masyarakat biasa yang bukan pemuka agama untuk mengambil dan bertaqlid kepada pendapat yang rajih (kuat). Maka, untuk orang awan boleh saja untuknya mengambil pendapat yang marjuh (lemah).  Dalam pendapat marjuh biasanya ditemukan kemudahan, kelonggaran dan keluwesan dalam beragama. Ini memberikan solusi konkret bagi masyarakat awam yang notabene kehidupannya banyak diwarnai dengan kebiasaan dan adat istiadat, sudah barang tentu akan kesulitan jika menggunakan pendapat yang rajih (kuat).

Kiai Hasyim menuliskan,

ومن المقرر ايضا انه اذا وجد في  المسألة قولان او وجهان لا يلزم العمل بالاحوط والاشد اذ كل حق وشرع، هذا في  حق العوام، واما الخواص من ائمة الدين وفقهاء الاخرة وعلماء الخشية فيلزمون انفسهم بالاشد والاحوط، فقد بلغ من ورعهم انهم يتركون ما لا بأس به مخافة مما به بأس

“Dan juga ditetapkan sebagai konsensus, bahwa jika terdapat dua pendapat atau dua pandangan dalam suatu masalah, maka tidak diwajibkan untuk mengikuti yang paling berhati-hati (Ahwath) atau paling ketat atau berat (Asyad), karena keduanya adalah kebenaran dan syariat. Ini berlaku bagi kalangan awam. Adapun golongan khusus dari pemimpin agama, ahli fikih akhirat, dan ulama yang takut kepada Allah, mereka mewajibkan diri mereka sendiri untuk mengikuti yang lebih ketat dan lebih hati-hati. Sesungguhnya ketakwaan mereka sampai pada tingkat di mana mereka meninggalkan hal-hal yang tidak bermasalah (Boleh/mubah) karena khawatir terhadap hal-hal yang mungkin membawa masalah (dosa).”

Hal ini bisa diterapkan dalam berbagai hal, seperti permasalahan melihat wajah dan telapak tangannya perempuan saat proses belajar mengajar. Dalam hal ini, ada dua pendapat. Pendapat pertama, menyatakan haram. Sedangkan pendapat kedua, menyatakan boleh dengan syarat-syarat tertentu. Kiai Hasyim Asy’ari sebagai representatif ulama khawas (hamba pilihan), beliau tidak mengambil pendapat kedua, beliau memilih berpandangan haram untuk dirinya sendiri. Namun, beliau tidak melarang masyarakat awam yang bukan golongan ulama untuk memilih pendapat pertama yang menyatakan boleh. Mudahnya, memilih yang berat untuk diri sendiri, dan yang ringan untuk orang lain. Itulah karakter ulama seperti Kiai Hasyim.

Lihatlah, pemikiran dan manhaj Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari ini merupakan bentuk toleran dan menghargai setiap pandangan orang lain, selama itu masih dalam koridor syariat. Selayaknya sebagai santri yang mendaku “ala darbi al-Hasyimi” mengikuti jejak langkah pemikiran Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari. Akhiran, Kiai Hasyim menyampaikan,

 وما التضييق على عباد الله الا لقصور الباع وقلة الاطلاع

“Tidaklah sempit pandangan seseorang kecuali karena memang wawasannya terbatas dan kurangnya mentelaah dan membaca”.

Dengan manhaj berpikirnya yang toleran dan moderat, Kiai Hasyim memberikan teladan bagi umat Islam untuk bersikap bijaksana dalam perbedaan pendapat dan tidak memaksakan pandangan tertentu. Kiai Hasyim secara implisit mengajarkan agar umat menghargai perbedaan pendapat di antara para ulama, menghindari fanatisme buta terhadap satu mazhab, dan memahami bahwa setiap pandangan memiliki dasar yang kuat. Beliau menunjukkan bahwa fleksibilitas dalam beragama tidak mengurangi nilai-nilai ketakwaan, justru itu memperkaya wawasan dan keharmonisan antarumat. Sebagai santri yang mengikuti jejak beliau, kita diajak untuk meneruskan semangat inklusif (menyeluruh tanpa pandang bulu) dan penuh kasih dalam menghadapi tantangan dan keragaman pandangan dalam kehidupan umat beragama Islam.


Penulis merupakan alumni Ma’had Aly Hasyim Asy’ari

Editor: Vigar Ramadhan Dano M. D.

Tags: ahli fiqihHadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari
Previous Post

Telaah keempat: Menggali Kedalaman Hadis Hasan

Next Post

Hadis-Hadis Perjuangan Seputar Hari Pahlawan

IlHAM ZIDALHAQ

IlHAM ZIDALHAQ

Related Posts

Meluruskan Kesalahpahaman Hadis “Salat Orang Mabuk Tidak Diterima 40 Hari”
Artikel Ringan

Meluruskan Kesalahpahaman Hadis “Salat Orang Mabuk Tidak Diterima 40 Hari”

by Ridwan GG
Oktober 13, 2025
Investigasi Pondasi Hadis Syeikh Naquib Al-Attas dalam Falsafah Pendidikan Islam
Artikel Ringan

Investigasi Pondasi Hadis Syeikh Naquib Al-Attas dalam Falsafah Pendidikan Islam

by YUNIAR INDRA
Oktober 1, 2025
Laku Menulis adalah Laku Merawat Ilmu; Sebuah Refleksi dan Motivasi
Artikel Ringan

Laku Menulis adalah Laku Merawat Ilmu; Sebuah Refleksi dan Motivasi

by Vigar Ramadhan
September 22, 2025
Membaca Sikap Khulafa’ ar-Rasyidin saat Hadapi Kritik Rakyat: Refleksi Konstruktif terhadap Respons ‘Tone-Deaf’ Pemerintah Hingga ‘Insult Politics’ Pejabat Negara
Artikel Ringan

Membaca Sikap Khulafa’ ar-Rasyidin saat Hadapi Kritik Rakyat: Refleksi Konstruktif terhadap Respons ‘Tone-Deaf’ Pemerintah Hingga ‘Insult Politics’ Pejabat Negara

by Syifa' Q.
September 11, 2025
Kesibukan Tanpa Makna: Renungan Islam untuk Menata Hidup di Tengah Arus Produktivitas Modern
Artikel

Kesibukan Tanpa Makna: Renungan Islam untuk Menata Hidup di Tengah Arus Produktivitas Modern

by AI NURUSSAADAH
September 9, 2025
Next Post
Hadis-Hadis Perjuangan Seputar Hari Pahlawan

Hadis-Hadis Perjuangan Seputar Hari Pahlawan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

register akun perpus maha

Premium Content

Potret Keseharian KH. Hasyim Asy’ari dalam pandangan Prof. Dr. Yusuf Abdurrahman al-Mar’isyli

Potret Keseharian KH. Hasyim Asy’ari dalam pandangan Prof. Dr. Yusuf Abdurrahman al-Mar’isyli

Agustus 29, 2023
Jejak Literasi Hadis: Metode dan Perjalanan Pembukuannya (Part 1)

Jejak Literasi Hadis: Metode dan Perjalanan Pembukuannya (Part 1)

Januari 26, 2025
Meneropong Lautan Pemikiran Islam; Review Buku “Islamic Thought, An Introduction” Karya Abdullah Saeed

Meneropong Lautan Pemikiran Islam; Review Buku “Islamic Thought, An Introduction” Karya Abdullah Saeed

Agustus 29, 2023

Browse by Category

  • Artikel
  • Artikel Ringan
  • Berita
  • biografi
  • Feminisme
  • Fikih Ibadah
  • Fiqhul Hadis
  • Hadis Tematik
  • Hasyimian
  • Kajian Fikih
  • Kajian Hadis
  • Library Management System
  • Opini
  • Orientalis
  • powerpoint
  • Resensi
  • Review Literatur
  • Sejarah Hadis
  • tafsir dan ulum al-qur'an
  • Tasawuf dan Tarekat
  • Tekno
  • ulumul hadits
  • Uncategorized

Browse by Tags

agama ahli fiqih Alam artikel demonstrasi dermawan dirasat asanid fikih hadis hadist Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari Hasyim Asy'ari ilmu hadis islam jurnal Kajianhadis kajian hadis kajianhadist kitab kritik hadis lingkungan ma'hadaly ma'had aly ma'hadalyhasyimasy'ari mahad aly mahad aly hasyim asyari Mahasantri masyayikh Tebuireng Metodelogi Muhaddis musthalah hadits Nabi Muhammad Nuskha OJS orientalis Puasa Ramadhan sains sanad sejarah Shalat tafsir takhrij Tarawih Tebuireng
Nuskha

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Navigate Site

  • Account
  • Game Hadis
  • Koleksi Kitab Digital
  • Kontributor
  • Logout
  • My Profile
  • NUSKHA
  • Password Reset
  • Pendaftaran Akun Penulis
  • Perpus MAHA
  • جدول مراتب الجرح والتعديل

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Hadis
  • Kajian Fikih
  • Berita
  • Mulai menulis

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?