• Kontributor
  • Daftar
  • Login
Upgrade
Nuskha
Advertisement
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
Nuskha
No Result
View All Result
Home Artikel

Antara Agama dan Sains: Kajian Interdisipliner tentang Proses Penciptaan Manusia dalam QS. Al-Mu’minun 12-14

Syalmahat Maha by Syalmahat Maha
Juli 23, 2025
in Artikel, Resensi, tafsir dan ulum al-qur'an
0
Antara Agama dan Sains: Kajian Interdisipliner tentang Proses Penciptaan Manusia dalam QS. Al-Mu’minun 12-14

Ayat dan Terjemah

Al-Mukminum ayat 12-14

ولَقَدْ خَلَقْنَا الْإنْسَانَ مِنْ سُلاَلَةٍ مِّنْ طِيْنٍ (١٢) ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِى قَرَارٍ مَّكِيْنٍ(١٣) ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَمًا فَكَسَوْنَا الْعِظْمَ لَحْمًا ثُمَّ انْشَأْنُهُ خَلْقًا اخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخُلِقِينَ (١٤)

Artinya: Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari sari pati (yang berasal) dari tanah.  Kemudian, Kami menjadikannya air mani di dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang menggantung (darah). Lalu, sesuatu yang menggantung itu Kami jadikan segumpal daging. Lalu, segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah sebaik-baik pencipta.

Analisis Lafadz

Al-Qur’an menggambarkan proses penciptaan manusia dengan runtut dan sarat makna. Dimulai dari firman Allah: ﴾ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ ﴿, kata خَلَقْنَا  berasal dari akar kata خَلَقَ  yang berarti mencipta atau mengukur. Lafaz ini menekankan kehebatan ciptaan Allah, dan dalam konteks ayat ini, ٱلْإِنسَٰنَ  dipahami oleh banyak mufasir sebagai merujuk kepada Nabi Adam.

Selanjutnya disebutkan bahwa manusia diciptakan dari ﴾ سُلَٰلَةٍ مِّن طِينٍ ﴿, di mana سُلَٰلَةٍ  bermakna saripati atau inti terbaik yang diekstrak perlahan dari sesuatu, sedangkan طِينٍ  berarti lumpur atau tanah liat, campuran air dan debu.

Kemudian Allah berfirman:﴾ ثُمَّ جَعَلْنَٰهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍۢ مَّكِينٍۢ ﴿ kalimat نُطْفَةً merujuk pada air mani, dan قَرَارٍۢ مَّكِينٍۢ  menunjukkan tempat yang kokoh, yaitu rahim, tempat perkembangan janin berlangsung dengan aman.

Proses berlanjut:﴾ ثُمَّ خَلَقْنَا ٱلنُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا ٱلْعَلَقَةَ مُضْغَةً ﴿, di mana عَلَقَةً  berarti segumpal darah yang menggantung, dan مُضْغَةً  adalah segumpal daging yang belum berbentuk. Tahapan ini menggambarkan transformasi biologis dalam rahim.

Lalu disebutkan:﴾ فَخَلَقْنَا ٱلْمُضْغَةَ عِظَٰمًۭا فَكَسَوْنَا ٱلْعِظَٰمَ لَحْمًۭا ﴿, di mana  عِظَٰمًۭا adalah tulang-belulang yang kemudian كَسَوْنَا  (dibungkus) dengan لَحْمًۭا  (daging). Ini memperlihatkan perkembangan struktur tubuh manusia secara bertahap.

Allah lalu menyatakan:﴾ ثُمَّ أَنشَأْنَٰهُ خَلْقًا ءَاخَرَ ﴿, bahwa setelah struktur fisik terbentuk, Allah menciptakan manusia sebagai makhluk lain, yaitu dengan ruh dan kesempurnaan jiwa. Kata  ءَاخَرَ  menandai keberbedaan hakikat antara materi dan ruh.

Akhir ayat ditutup dengan pengagungan:﴾ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحْسَنُ ٱلْخَٰلِقِينَ ﴿, yang bermakna “Maha Suci Allah, sebaik-baik Pencipta.” Meski ada ‘pencipta’ lain dalam konteks manusia (misalnya pembuat karya), hanya Allah yang paling sempurna dalam ciptaan-Nya.

Ayat ini menggambarkan proses penciptaan manusia secara biologis dan spiritual, sekaligus menjadi refleksi atas kekuasaan dan keagungan Allah dalam menciptakan manusia dari unsur yang paling rendah hingga menjadi makhluk mulia.

Tafsir Ayat

Allah Swt. membuka penjelasan tentang asal-usul penciptaan manusia dengan menyebut bahwa manusia pertama, yaitu Nabi Adam a.s., diciptakan dari saripati tanah.

Lafadz ﴾خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ مِن سُلَٰلَةٍ مِّن طِينٍ﴿  menggambarkan proses awal tersebut. Para ulama menafsirkan سُلَالَة  sebagai inti terbaik yang diambil dari tanah, sedangkan طِين  adalah lumpur yang berasal dari campuran air dan debu. Dalam riwayat Ibnu ‘Abbas dijelaskan bahwa yang dimaksud adalah saripati air, sementara Mujahid memahami bahwa yang dimaksud ialah air mani keturunan Adam. Qatadah menyebutkan bahwa Adam memang diciptakan dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah dalam surah Ar-Rum ayat 20:
﴾ وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ﴿

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, Nabi Saw. bersabda bahwa Allah menciptakan Ādam dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh bumi. Maka dari tanah yang beragam itu, muncullah keturunan Adam yang juga berbeda-beda; ada yang berkulit merah, putih, dan hitam, serta memiliki karakter yang baik, buruk, atau campuran keduanya. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at-Tirmidzi, dan dinilai hasan shahih.

Tahapan penciptaan manusia berikutnya dijelaskan dalam ayat ﴾ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً﴿, bahwa saripati tersebut dijadikan sebagai نُطْفَة, yakni air mani, dan diletakkan di dalam قَرَارٍ مَّكِينٍ tempat yang kokoh, yaitu rahim. Ini ditegaskan pula dalam surah as-Sajdah: 7–8 dan al-Mursalāt: 20–21, bahwa manusia berasal dari air yang hina (مَاءٍ مَهِينٍ) dan diletakkan di tempat yang kokoh sesuai kadar waktu tertentu, hingga Allah menentukannya secara teliti dengan firman-Nya: ﴾فَقَدَّرْنَا فَنِعْمَ الْقَادِرُونَ﴿

Setelah itu, air mani tersebut berubah menjadi عَلَقَة  (segumpal darah) sebagaimana disebut dalam ayat ﴾ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً﴿. Penafsiran Ikrimah menyebutkan bahwa ‘alaqah adalah darah kental yang bergantung di dinding rahim. Selanjutnya, darah itu berubah menjadi مُضْغَة (segumpal daging), yaitu daging yang belum berbentuk dan belum beralur. Proses penciptaan terus berlangsung hingga daging tersebut dibentuk menjadi عِظَامًا  (tulang belulang), seperti dijelaskan dalam ayat ﴾فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا﴿. Menurut Ibnu Katsir, bentuk tubuh manusia disempurnakan lengkap dengan kepala, tangan, kaki, urat, dan pembuluh darahnya. Bahkan dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah disebutkan bahwa semua jasad manusia akan hancur kecuali bagian tulang paling bawah dari punggungnya (عَجْبُ الذَّنَب), karena dari situlah manusia diciptakan dan akan dibangkitkan kembali kelak.

Tahapan berikutnya adalah ﴾فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا﴿, yakni tulang-tulang tersebut dibungkus dengan daging. Ini merupakan bentuk penyempurnaan struktur jasad manusia. Kemudian Allah menyatakan ﴾ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ﴿, yang menurut banyak ulama seperti Ibnu ‘Abbas, Mujahid, dan Ikrimah berarti ditiupkannya ruh ke dalam jasad, menjadikan manusia sebagai makhluk hidup dengan pendengaran, penglihatan, serta kemampuan bergerak dan merasa. Beberapa ulama seperti Qatadah memaknai خَلْقًا آخَرَ  sebagai tumbuhnya anggota tubuh dan rambut, sementara al-Hasan menyebutnya sebagai penentuan jenis kelamin. Seluruh tafsiran ini dapat dikompromikan bahwa sejak ruh ditiupkan, manusia mulai memasuki fase perkembangan eksistensial yang berlapis-lapis hingga menjadi sosok yang matang.

Ayat ini kemudian ditutup dengan kalimat agung: ﴾فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ﴿, sebagai bentuk pujian atas kesempurnaan penciptaan Allah. Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa pada usia kandungan empat bulan, malaikat diperintahkan untuk meniupkan ruh ke dalam janin serta menuliskan empat ketentuan: rezeki, amal, ajal, dan kebahagiaan atau kesengsaraan si anak kelak.

Menurut Fakhruddin ar-Razi dalam Mafatih al-Ghaib, proses kejadian manusia dalam rahim mencakup tujuh tahapan: pertama, penciptaan dari سلالة  (saripati tanah); kedua, menjadi نُطْفَة (air mani); ketiga, berubah menjadi  عَلَقَة (segumpal darah) setelah 40 hari; keempat, menjadi مُضْغَة  (segumpal daging) pada hari ke-80; kelima, menjadi عِظَام  (tulang-tulang) saat memasuki 4 bulan; keenam, dibungkus dengan لَحْم  (daging) dan pada fase ini ruh ditiupkan serta ditetapkan 4 takdir utama; ketujuh, menjadi خَلْقًا آخَرَ, makhluk yang sempurna dan berbeda dari sebelumnya.

Keseluruhan proses penciptaan ini menjadi pengingat akan asal usul manusia yang berasal dari sesuatu yang hina dan lemah, serta bagaimana setiap tahapan menunjukkan kekuasaan dan ilmu Allah yang sempurna. Sebelum ilmu kedokteran mengenali fase-fase perkembangan embrio, al-Qur’an telah terlebih dahulu menguraikannya secara akurat. Ini menjadi bukti bahwa al-Qur’an adalah kalamullah yang penuh hikmah, dan bahwa penciptaan manusia bukanlah kebetulan, melainkan bagian dari kehendak dan rencana ilahi yang luhur. Karenanya, manusia seharusnya menyadari tanggung jawabnya sebagai makhluk yang diciptakan untuk beribadah dan menjadi khalifah di bumi.

Page 1 of 2
12Next
Tags: agamapenciptaansainstafsir ayat quran
Previous Post

Gus Baha’; Pembunuhan Karakter adalah Qadzaf di Zaman Sekarang

Syalmahat Maha

Syalmahat Maha

Akun ini adalah akun Syalmahat atau mahasantri Ma'had Aly Hasyim Asy'ari angkatan tahun 2023. Isi dari lamannya nanti adalah kumpulan makalah dari kami angkatan Syalmahat.

Related Posts

Menguak Fakta Panglima Pasukan Karbala dan Statusnya dalam Neraca Ilmu Hadis
Artikel

Menguak Fakta Panglima Pasukan Karbala dan Statusnya dalam Neraca Ilmu Hadis

by Husnu Widadi
Juli 7, 2025
لولاحواء لم تخن انثى زوجها الدهر “Meluruskan Makna Khianat yang Disalahpahami : Islam Tidak Menzalimi Kaum Hawa”
Artikel

لولاحواء لم تخن انثى زوجها الدهر “Meluruskan Makna Khianat yang Disalahpahami : Islam Tidak Menzalimi Kaum Hawa”

by Kajian Hadis
Juli 1, 2025
Kritik Hadis dan Metodologi Tahammul dalam Hadis Nabi SAW
Artikel

Kritik Hadis dan Metodologi Tahammul dalam Hadis Nabi SAW

by Vigar Ramadhan
Juni 23, 2025
Kitab-Kitab Hadis pada Masa Awal Islam:  Bukti Historis Awal Kodifikasi Hadis
Artikel

Kitab-Kitab Hadis pada Masa Awal Islam: Bukti Historis Awal Kodifikasi Hadis

by Vigar Ramadhan
Juni 22, 2025
Peran Sentral Ummul Mukminin dalam Pewarisan Hadis-Hadis Rumah Tangga
Artikel

Peran Sentral Ummul Mukminin dalam Pewarisan Hadis-Hadis Rumah Tangga

by Ridwan GG
Mei 18, 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

register akun perpus maha

Premium Content

Peran Sentral Ummul Mukminin dalam Pewarisan Hadis-Hadis Rumah Tangga

Peran Sentral Ummul Mukminin dalam Pewarisan Hadis-Hadis Rumah Tangga

Mei 18, 2025
Tabayyun di Era Digital

Tabayyun di Era Digital

September 23, 2023
Menyoal Shalawat dan Taradhdhi dalam Tarawih: Hadis dan Pandangan Ulama

Menyoal Shalawat dan Taradhdhi dalam Tarawih: Hadis dan Pandangan Ulama

Maret 11, 2025

Browse by Category

  • Artikel
  • Artikel Ringan
  • Berita
  • biografi
  • Feminisme
  • Fikih Ibadah
  • Hadis Tematik
  • Hasyimian
  • Kajian Fikih
  • Kajian Hadis
  • Library Management System
  • Opini
  • Orientalis
  • powerpoint
  • Resensi
  • Review Literatur
  • Sejarah Hadis
  • tafsir dan ulum al-qur'an
  • Tasawuf dan Tarekat
  • Tekno
  • ulumul hadits
  • Uncategorized

Browse by Tags

agama ahli fiqih Alam artikel bumi dermawan dirasat asanid fikih hadis hadist Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari Hasyim Asy'ari ilmu hadis jurnal Kajianhadis kajian hadis kajianhadist kitab kritik hadis lingkungan ma'hadaly ma'had aly ma'hadalyhasyimasy'ari mahad aly mahad aly hasyim asyari Mahasantri masyayikh Tebuireng medsos Metodelogi Muhaddis musthalah hadits Nabi OJS orientalis Puasa qur'an Ramadhan sahih bukhari muslim sanad sejarah Shalat Syamsul Maarif takhrij Tarawih Tebuireng
Nuskha

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Navigate Site

  • Account
  • Game Hadis
  • Koleksi Kitab Digital
  • Kontributor
  • Logout
  • My Profile
  • NUSKHA
  • Password Reset
  • Pendaftaran Akun Penulis
  • Perpus MAHA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Hadis
  • Kajian Fikih
  • Berita
  • Mulai menulis

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?