• Kontributor
  • Daftar
  • Login
Upgrade
Nuskha
Advertisement
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
Nuskha
No Result
View All Result
Home Artikel

Air yang Tak Ternajisi: Refleksi Hadis Dua Qullah dalam Dakwah Gus Miek di Dunia Malam

Ridwan GG by Ridwan GG
Oktober 19, 2025
in Artikel
0
Air yang Tak Ternajisi: Refleksi Hadis Dua Qullah dalam Dakwah Gus Miek di Dunia Malam

Ada hal menarik yang disampaikan oleh salah satu sahabat saya setelah pengajian kitab Minhāj al-Ṭālibīn. Malam itu, kiai mengajar dengan tenang, membahas bab tentang air mulai dari jenis-jenisnya, hukum-hukumnya, serta bagaimana air bisa tetap suci meski bersentuhan dengan sesuatu yang najis, selama tidak berubah warna, rasa, atau baunya. Awalnya kami mengira pembahasan ini hanya soal fikih dasar, tapi semakin lama mendengar, kami mulai merasakan ada makna lain di baliknya, tentang bagaimana seseorang menjaga kejernihan diri di tengah banyak hal yang bisa mengotori. Kajian malam itu sederhana, namun meninggalkan kesan yang mendalam.

Usai pengajian, penulis langsung teringat pada sosok ulama yang memilih berdakwah di tempat-tempat yang jarang tersentuh oleh kalam agama, KH. Chamim Jazuli atau yang lebih dikenal dengan Gus Miek. Masyhur di kalangan masyarakat bahwa beliau dikenal dengan metode dakwahnya yang unik. Tidak hanya berdakwah di masjid atau pesantren, beliau juga berdakwah di tempat-tempat yang dianggap maksiat seperti karaoke, diskotek, dan tempat hiburan malam lainnya. Gus Miek mampu merangkul siapa pun, berani memasuki lingkungan yang dihindari banyak orang, dan tetap bergaul tanpa kehilangan jernihnya hati.

Terbesit di hati penulis, beliau bukan hanya ulama besar, tetapi juga putra dari seorang kiai yang masyhur di kalangan santri. Namun, beliau justru memilih menapakkan langkah dakwahnya di medan yang tidak biasa. Karena dari situ, timbul satu pertanyaan dalam hati: bagaimana beliau bisa tetap bertahan dan menjaga kejernihan di medan dakwah yang begitu licin?

Pertanyaan itu membuat penulis teringat pada satu hadis yang baru saja kami pelajari malam itu, tentang air dua qullah. Nabi ﷺ bersabda:

إِذَا بَلَغَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلِ الْخَبَثَ

“Apabila air telah mencapai dua qullah, maka ia tidak menanggung najis.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan lainnya)

Hadis ini memang berbicara tentang hukum fikih, mengenai ukuran air yang tidak menjadi najis kecuali jika berubah sifatnya. Namun, dalam renungan penulis, hadis ini juga menyimpan makna batin yang dalam. Air dua qullah seolah menjadi simbol bagi hati seorang da’i sejati: begitu kuat dan luasnya kejernihan itu, hingga tidak mudah ternodai oleh lingkungan di sekitarnya. Mungkin di situlah rahasia keteguhan Gus Miek, hatinya sudah sebesar dua qullah, bahkan lebih. Beliau hadir di tengah kekeruhan, tapi tidak ikut keruh. Beliau mendatangi tempat-tempat maksiat bukan untuk menikmati gelapnya, melainkan untuk menyalakan cahaya kecil di dalamnya.

Jika dipikir-pikir, tidak mudah bagi seseorang untuk tetap kuat di tempat yang penuh godaan, terlebih di lingkungan yang orang lain saja enggan mendekat. Namun, dari cerita tentang Gus Miek, penulis melihat bahwa keberanian beliau bukan karena merasa paling benar, tapi karena rasa sayang kepada orang-orang yang jauh dari jalan kebaikan. Beliau datang bukan untuk menghakimi, tapi untuk menemani. Cara dakwahnya sederhana, lebih banyak dengan hadir, mendengar, dan mendoakan. Tidak semua orang bisa seperti itu, sebab perlu hati yang benar-benar bersih untuk tetap jernih di tempat yang kotor. Hal-hal tersebut juga menurun kepada putra-putra beliau yang selalu mengutamakan bersihnya hati dalam melakukan hal apapun, sehingga kami yang mendengar dawuh-dawuhnya merasa sejuk dan tenang. Itulah dakwah yang benar, “merangkul bukan memukul”.

Semakin dipikir, penulis menjadi sadar bahwa dakwah tidak harus selalu melalui mimbar dan pengeras suara. Terkadang, cukup dengan kehadiran yang tulus dan doa dalam diam. Tidak semua orang bisa memahami cara seperti itu, karena yang terlihat di luar sering kali menipu pandangan. Namun, mungkin di situlah makna sebenarnya dari ilmu yang kami pelajari malam itu: menjaga hati agar tetap bersih, apa pun dan di mana pun keadaannya. Sebab ketika hati sudah jernih, setiap langkah pun bisa menjadi bentuk dakwah, meski tanpa kata-kata.

Dari pengajian malam itu, penulis menjadi paham bahwa pelajaran fikih tidak selalu berhenti pada persoalan hukum saja. Terkadang, di balik pembahasan yang tampak sederhana, tersimpan pesan yang lebih dalam. Seperti halnya dengan permaslahan air yang tidak menjadi najis kecuali jika berubah sifatnya, di dalamnya juga mengandung makna tentang bagaimana kita menjaga diri agar tetap bersih meski berada di lingkungan yang kotor. Tentang bagaimana seseorang bisa tetap jernih di tengah banyak hal yang bisa mengotori. Penulis teringat lagi pada kisah Gus Miek, yang berani berdakwah di tempat-tempat yang jarang tersentuh. Mungkin hati beliau sudah seperti air yang banyak tidak mudah berubah, meski bersentuhan dengan apa pun. Dan dari situ penulis belajar, bahwa menjadi bersih bukan berarti harus menjauh, tapi mampu tetap jernih di mana pun berada.

Editor: Mawil Hasanah Almusaddadah

Tags: gus miekhadismahad aly hasyim asyariMahasantriTebuireng
Previous Post

Meluruskan Kesalahpahaman Hadis “Salat Orang Mabuk Tidak Diterima 40 Hari”

Ridwan GG

Ridwan GG

Mahasiswa gantengggg pol Anak Syalmahat

Related Posts

Kesibukan Tanpa Makna: Renungan Islam untuk Menata Hidup di Tengah Arus Produktivitas Modern
Artikel

Kesibukan Tanpa Makna: Renungan Islam untuk Menata Hidup di Tengah Arus Produktivitas Modern

by AI NURUSSAADAH
September 9, 2025
Menelisik Demonstrasi Dalam Kacamata Fiqhul Hadis
Artikel

Menelisik Demonstrasi Dalam Kacamata Fiqhul Hadis

by Wildan Husin
September 2, 2025
Tafsir Ahkam: Hijab Style di Era Serba Tren
Artikel

Tafsir Ahkam: Hijab Style di Era Serba Tren

by Syalmahat Maha
Juli 30, 2025
Mahar sebagai Tanda Hormat: Tafsir Surat An-Nisa’ Ayat 4
Artikel

Mahar sebagai Tanda Hormat: Tafsir Surat An-Nisa’ Ayat 4

by Syalmahat Maha
Juli 28, 2025
Antara Agama dan Sains: Kajian Interdisipliner tentang Proses Penciptaan Manusia dalam QS. Al-Mu’minun 12-14
Artikel

Antara Agama dan Sains: Kajian Interdisipliner tentang Proses Penciptaan Manusia dalam QS. Al-Mu’minun 12-14

by Syalmahat Maha
Juli 23, 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

register akun perpus maha

Premium Content

Mengenal Indikator-Indikator dalam Mengidentifikasi Illat pada Hadis

Mengenal Indikator-Indikator dalam Mengidentifikasi Illat pada Hadis

Mei 14, 2025

Konsep Mi’yaru Syar’i dalam Islam

September 27, 2024
Gus Baha’; Pembunuhan Karakter adalah Qadzaf di Zaman Sekarang

Gus Baha’; Pembunuhan Karakter adalah Qadzaf di Zaman Sekarang

Juli 16, 2025

Browse by Category

  • Artikel
  • Artikel Ringan
  • Berita
  • biografi
  • Feminisme
  • Fikih Ibadah
  • Fiqhul Hadis
  • Hadis Tematik
  • Hasyimian
  • Kajian Fikih
  • Kajian Hadis
  • Library Management System
  • Opini
  • Orientalis
  • powerpoint
  • Resensi
  • Review Literatur
  • Sejarah Hadis
  • tafsir dan ulum al-qur'an
  • Tasawuf dan Tarekat
  • Tekno
  • ulumul hadits
  • Uncategorized

Browse by Tags

agama ahli fiqih Alam artikel demonstrasi dermawan dirasat asanid fikih hadis hadist Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari Hasyim Asy'ari ilmu hadis islam jurnal Kajianhadis kajian hadis kajianhadist kitab kritik hadis lingkungan ma'hadaly ma'had aly ma'hadalyhasyimasy'ari mahad aly mahad aly hasyim asyari Mahasantri masyayikh Tebuireng Metodelogi Muhaddis musthalah hadits Nabi Muhammad Nuskha OJS orientalis Puasa Ramadhan sains sanad sejarah Shalat tafsir takhrij Tarawih Tebuireng
Nuskha

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Navigate Site

  • Account
  • Game Hadis
  • Koleksi Kitab Digital
  • Kontributor
  • Logout
  • My Profile
  • NUSKHA
  • Password Reset
  • Pendaftaran Akun Penulis
  • Perpus MAHA
  • جدول مراتب الجرح والتعديل

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Hadis
  • Kajian Fikih
  • Berita
  • Mulai menulis

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?