Istirahat malam yang cukup memiliki implikasi yang signifikan bagi kesehatan dan kesejahteraan kita. Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam mengajarkan kepada kita tentang kebiasaan tidur yang teratur dan bangun di sepertiga malam. Selain aspek religiusnya, penelitian modern juga mendukung manfaat dari pola tidur yang baik terhadap tubuh manusia.
Pada umumnya, tubuh manusia memiliki ritme sirkadian yang mengatur berbagai fungsi biologis, termasuk metabolisme. Rentang waktu antara jam 9 malam hingga 3 pagi diyakini sebagai periode dimana tubuh mengalami proses metabolisme optimal. Ini terjadi terutama ketika tubuh berada dalam kondisi relaksasi atau tidur. Saat tidur, tubuh memperbaiki dan membangun kembali jaringan serta mengatur hormon yang berperan dalam berbagai proses biologis.
وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.” (QS. Ar-Rum: 23).
Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di Universitas Oxford memberitahukan dampak kurang tidur pada kesehatan mental. Pasien dengan insomnia kronis cenderung mengalami tingkat kecemasan yang lebih tinggi dan suasana hati yang lebih buruk. Ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga pola tidur yang baik untuk kesejahteraan psikologis kita.
Selain itu, hubungan antara pola tidur dan pola makan juga telah dipelajari dengan baik. Orang yang memiliki tidur yang cukup cenderung memiliki nafsu makan yang lebih teratur. Ini dapat mengurangi keinginan untuk mengonsumsi makanan camilan atau berlebihan. Dalam konteks menjaga kesehatan, menjaga ritme tidur yang teratur dapat menjadi alat yang berguna dalam mengatur pola makan dan mengendalikan asupan kalori.
Namun, perlu diperhatikan juga bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam tidak menyukai orang-orang yang tidur sebelum sholat Isya’ dan berbincang-bincang setelah shalat Isya’.
عَنْ أَبي بَرْزَةَ أَنَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَكْرَهُ النوم قبل الْعِشَاءِ وَالحَدِيثَ بَعْدَهَا
“Dari Abu Barzah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam tidak menyukai tidur sebelum salat Isya dan berbincang-bincang setelah Isya.”
Pada buku Dahsyatnya Amalan 24 Rasulullah yang disusun oleh Muhammad Hasan Yusuf juga dijelaskan bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam tidur pada awal malam dan menghidupkan akhir malam. Khawatir jika terlalu banyak berbincang setelah Isya’ hingga lupa untuk istirahat dan meninggalkan qiyamullail.
Mematuhi sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam dalam hal istirahat malam juga dapat diartikan sebagai bentuk komitmen terhadap kesehatan tubuh dan rohaniah. Mengatur waktu tidur dengan bijak bukan hanya memberikan manfaat fisik, tetapi juga membantu kita mengembangkan disiplin diri dan kualitas hidup yang lebih baik.
Dalam hal ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam juga mengajarkan untuk tidur qoilulah (tidur siang) sebagai bentuk persiapan untuk qiyamullail. Serta menghindari tidur setelah Shubuh (Hailulah) dan tidur setelah Ashar (Ailulah) karena tidur pada waktu setelah Ashar dapat memicu berbagai penyakit.
القيلولة وهي سنة يستعان بها على قيام الليل كما أن التسحر سنة يستعان به على صيام النهار
“Tidur qailulah adalah sunnah yang dapat membantu seseorang untuk melaksanakan qiyam al-lail, seperti halnya sahur hukumnya sunnah yang berfungsi untuk membantu seseorang dalam melaksanakan puasa di siang hari.” (Al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Din, Juz 1, halaman: 338).
Jadi, melalui kombinasi antara nasihat sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam dan temuan ilmiah modern, kita memiliki panduan berharga untuk mengoptimalkan kesehatan dan kualitas tidur kita.
Dengan menjaga kebiasaan tidur yang baik, kita dapat memperkuat tubuh, meningkatkan kesejahteraan mental, dan bahkan mendukung usaha menuju pola makan yang lebih teratur. Semua ini adalah langkah-langkah penting dalam merawat diri kita secara holistik, sesuai dengan ajaran agama dan pengetahuan ilmiah.
Penulis merupakan mahasantri semester 5 angkatan Rihlah
Editor: Alfiya Hanafiyah










