Orientalisme (Orientalism) berasal dari kata Orient (Dunia Timur) dan Ism (Ilmu atau Ajaran). Orientalisme merupakan ilmu tentang “ketimuran”. Dapat diartikan, Orientalisme adalah disiplin keilmuan Barat yang mencakup studi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan masyarakat dunia Timur. Mudahnya, orientalis sendiri adalah orang-orang yang mengkaji studi tentang “ketimuran” tersebut.
Sedangkan yang dimaksud “Dunia Timur” di sini adalah bagian dunia yang dianggap oleh bangsa Barat sebagai bangsa yang terletak di sebelah timur Benua Eropa. Bangsa Barat membagi dunia Timur ke dalam tiga bagian: Timur Dekat, Timur Tengah, dan Timur Jauh. Namun, pengertian dunia Timur (Orient) ini di kemudian hari mengalami penyempitan menjadi dunia Islam saja. Sehingga hari ini, orientalisme banyak dikenal sebagai studi tentang Islam yang dilakukan oleh kalangan bangsa Barat. (Prof Idri, Hadis dan Orientalis, 2017)
Al-Istisyroq wa Al-Mustasyriquun; Maa Lahum wa Maa ‘Alaihim
Dari banyaknya buku yang membahas Orientalisme, salah satu yang paling masyhur adalah buku karya Dr. Mushtafa As-Siba’iy (w. 1964) dengan judul “Al-Istisyroq wa Al-Mustasyriquun; Maa Lahum wa Maa ‘Alaihim”, bagi penulis sendiri buku ini dapat dijadikan gerbang pertama para pembaca sekalian untuk menekuni salah satu disiplin keilmuan barat ini. Bahasanya yang lugas, serta diramu dengan isi dan pemahaman yang padat menjadikan para pembacanya mudah memahami apa yang dimaksud Orientalisme, serta siapa saja para kaum Orientalis tersebut nantinya.
Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Sikap Orientalis terhadap Islam”. Termasuk Pembukaan dan Penutup, buah tangan Dr. As-Siba’iy ini terdiri dari 12 bab. Urutan bab dalam buku ini adalah:
1. Muqaddimah (Pembukaan)
2. Al-Istisyroq wa Al-Mustasyriquun (Orientalisme dan Kaum Orientalis)
3. Tarikh Al-Istisyroq (Sejarah Orientalisme)
4. Maidan Al-Istisyroq (Lapangan Orientalisme)
5. Dawafi’ Al-Istisyroq (Dorongan-Dorongan Orientalisme)
6. Ahdaf Al-Istisyroq wa Wasaailuh (Tujuan-Tujuan Orientalisme)
7. Wasaail Al-Mustasyriqiin li Tahqiiq Ahdaafihim (Sarana Orientalis)
8. Aham Al-Majallat allati Yashduruunaha (Majalah-Majalah Penting yang Diterbitkan Kaum Orientalis)
9. Asma’ Akhtor Al-Mustasyriqiin Al-Ma’aashiriin wa Ahammu Kutubihim (Tokoh-Tokoh Orientalis Paling Berbahaya dan Buku-Buku Penting Mereka)
10. Mawaazin Al-Bahs ‘an Al-Mustasyriqiin (Tolok Ukur Pembahasan Kaum Orientalis)
11. Ma’a Al-Mustasyriqiin fii Eropa (Temu Langsung dengan Kaum Orientalis di Eropa)
12. Khotimah Al-Bahs (Penutup)
Dalam buku ini, Dr. As-Siba’iy lebih banyak menampilkan perjumpaan langsung beliau bersama kaum Orientalis. Dr. As-Siba’iy kemudian mengungkapkan pemikiran-pemikiran kontroversial -bahkan menyesatkan- dari para Orientalis itu, disertai jawaban dan patahan langsung dari Dr. As-Siba’iy sendiri di akhir. Hal ini menjadi kelebihan buku tersebut, tidak hanya menghidangkan argumen menyesatkan dari para kaum Orientalis, Dr. As-Siba’iy juga turut menyuguhkan fakta serta ajaran khazanah keislaman yang otoritatif.
Dalam penutupnya, Dr. As-Siba’iy mencoba mengungkapkan pada pembaca agar tidak mudah tertipu dengan argumen-argumen yang dilontarkan kaum Orientalis tentang Islam. Tentunya, perhatian dari Dr. As-Siba’iy ini datang dari hasil pengamatan dirinya terhadap literatur-literatur yang ditulis oleh para Orientalis, atau saat berdiskusi langsung dengan mereka sendiri. Dr. As-Siba’iy menuliskan,
“وبهذا الدأب المتواصل عند علمائهم، والتفرغ الكامل له، والرغبة الاستعمارية والدينية التي ألمحت إليها، استطاعوا أن ينظموا الحديث عن ثقافتنا تنظيماً بهر أبصار (مثقفينا) واستولى على ألبابهم، وخاصة عندما قارنوا بين أسلوبهم وبين أسلوب كتبنا العلمية القديمة، فاندفعوا إلى الاقتباس من كتب المستشرقين معجبين بعلمهم وسعة اطلاعهم”
“Dengan ketekunan yang continue dari para Orientalis, dedikasi penuh terhadapnya, serta dorongan kolonial dan agama yang mereka tunjukkan, mereka berhasil menyusun pembahasan tentang budaya kita dengan cara yang memesona dan menyilaukan pandangan para intelektual kita dan merebut hati mereka. Terutama ketika Orientalis membandingkan gaya buku ilmiah barat dengan gaya buku ilmiah kuno kita. Hal ini mendorong ketertarikan cendekiawan kita untuk mengutip dari karya-karya orientalis dengan perasaan kagum terhadap pengetahuan dan wawasan luas mereka.”
“ظانين أنهم لا يقولون إلا الحق، وأنهم (فيما خالفوا فيه الحقائق المقررة عندنا) أصح حكماً، وأصوب رأياً؛ لأنهم يسيرون وفق منهج علمي دقيق لا يحيدون عنه .ومن هنا نشأت الثقة ببحوث هؤلاء الغربيين والاعتماد على آرائهم”
“(Dengan kurangnya kehati-hatian) para cendekiawan kita tadi juga akan beranggapan bahwa Orientalis hanya akan mengatakan kebenaran semata, dan percaya bahwa argumen Orientalis merupakan pendapat yang paling kuat dan pandangan yang paling benar (padahal, nyatanya argumen para Orientalis tersebut bertentangan dengan fakta-fakta yang telah ditetapkan); Dari sini, kepercayaan pada penelitian para sarjana Barat (Orientalis) dan ketergantungan pada pendapat-pendapat mereka mulai bermunculan,” tulisnya.
Akhirnya, dengan adanya buku ini, para pembaca dapat mengetahui lebih jauh salah satu disiplin ilmu Barat, yakni Orientalisme. Para pembaca juga dapat mengenal lebih dekat dengan tokoh-tokoh Orientalis beserta pemikiran mereka mengenai Islam. Sehingga dengan adanya buku ini diharapkan dapat membuka mata kritis para pembaca agar tidak mudah terperangah dengan argumen-argumen yang para Orientalis utarakan.
Sekian, semoga bermanfaat.
Penulis merupakan Mahasantri semester 5 (Angkatan Mutawatir)
Editor: Vigar Ramadhan Dano M. D.