• Kontributor
  • Daftar
  • Login
Upgrade
Nuskha
Advertisement
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
Nuskha
No Result
View All Result
Home Artikel Ringan

Kredibilitas Albani Sebagai Al-Muhaddits (3): Meluruskan Penolakan Albani Atas Hadis Dhaif

Wildan Husin by Wildan Husin
November 6, 2024
in Artikel Ringan, ulumul hadits
0
Kredibilitas Albani Sebagai Al-Muhaddits (3): Meluruskan Penolakan Albani Atas Hadis Dhaif

Setelah kita mengetahui bahwa Albani adalah seorang yang kerap belajar hadis secara otodidak dan menelaah beberapa testimoni pernyataan dari para ulama perihal kesalahan-kesalahannya dalam men-takhrij hadis dari dua tulisan sebelumnya, maka dalam tulisan ini kami ingin menyuguhkan salah satu pernyataan kontroversi Albani seputar ilmu hadis. Yakni penolakannya atas mengamalkan hadis yang dianggap “dhaif” menurut perspektifnya, kendatipun hadis itu dianggap shahih oleh ulama hadis lain.

Pernyataan itu dapat  kita temukan dalam kitabnya yang bertajuk, Tamamul Minnah,

ويبدو لي أن الحافظ رحمه الله يميل إلى عدم جواز العمل بالضعيف بالمعنى المرجوح لقوله فيما تقدم: . . ولا فرق في العمل بالحديث في الأحكام أو في الفضائل إذ الكل شرع

“Yang nampak jelas bagiku bahwa Al-Hafidz Ibnu Hajar  memilih pendapat tidak bolehnya mengamalkan hadits dha’if (lemah) dengan makna marjuh, berdasarkan ucapan beliau yang disebutkan sebelumnya, “…Dan tidak ada perbedaan dalam masalah (larangan) mengamalkan hadits dha’if, baik dalam masalah hukum, maupun dalam masalah keutamaan amal shalih (semua terlarang), karena semua itu adalah syari’at.”1

Dalam menyikapi pernyataan ini, penting kiranya kita merujuk kepada ulama yang kompeten dan otoritatif dalam bidang hadis, sehingga kita dapat mengetahui apakah pernyataan Albani ini dapat dipertanggung jawabkan atau tidak.

Al-Hafidz, Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan bahwa dalam meriwayatkan hadis para ulama membedakan antara hal yang berkaitan hukum dengan hal yang berkaitan dengan keutamaan amal (fadhail ‘amal). Hal ini terilustrasi dalam pernyataan Imam Ahmad bin Hanbal yang dikutip oleh Ibnu Hajar,

وَقَدْ ثَبَتَ عَنِ اْلإِمَامِ أَحْمَدَ وَغَيْرِهِ مِنَ اْلأَئِمَّةِ أَنَّهُمْ قَالُوْا إِذَا رَوَيْنَا فِي الْحَلاَلِ وَالْحَرَامِ شَدَّدْنَا وَإِذَا رَوَيْنَا فِي الْفَضَائِلِ وَنَحْوِهَا تَسَاهَلْنَا

Telah tetap diriwayatkan dari Imam Ahmad dan para imam lainnya bahwa mereka berkata, “Apabila kami meriwayatkan tentang halal dan haram, kami memperketat (dalam menerima riwayat), namun apabila kami meriwayatkan tentang keutamaan (amal) dan semisalnya, kami bersikap longgar (dalam menerima riwayat).”2

Senada dengan pernyataan di atas, Imam Baihaqi menyebutkan perkataan Ibnu Mubarak,

وَيُحْكَى عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مَهْدِى اِنَّهُ قَالَ : اِذَا رَوَيْنَا فِى الثَّوَابِ وَالْعِقَابِ وَفَضَائِلِ اْلاَعْمَالِ تَسَاهَلْنَا فِى اْلاَسَانِيْدِ وَتَسَامَحْنَا فِى الرِّجَالِ وَاِذَا رَوَيْنَا فِى الْحَلاَلِ وَالْحَرَامِ وَاْلاَحْكَامِ تَشَدَّدْنَا فِى اْلاَسَانِيْدِ وَانْتَقَدْنَا فِى الرِّجَالِ

“Imam Ahmad dan Imam yang lain (seperti Ibnu Mubarak) berkata: Jika kami meriwayatkan hadis tentang halal-haram (hukum), maka kami sangat selektif (dalam hal sanad), dan jika kami meriwayatkan hadis yang berkaitan dengan keutamaan-keutamaan, maka kami tidak begitu selektif (tetapi tidak sampai pada taraf hadis palsu)”3

Adapun terkait mengamalkan hadis dalam hal keutamaan amal (fadhail ‘amal), ulama salaf dan khalaf telah memaparkan bahwa hal itu diperbolehkan, bahkan menurut sebagian ulama dianggap sunah selagi status hadis tersebut tidak sampai ke taraf sangat lemah (syadidu dha’f) atau palsu (maudhu’). Hal ini sebagaimana penjelasan Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar,

العلماء من المحدثين والفقهاء وغيرهم: يجوز ويستحب العمل في الفضائل والترغيب والترهيب بالحديث الضعيف مالم يكن موضوعا وأما الحلال والحرام والبيع والنكاح والطلاق وغير ذلك فلا يعمل فيها إلا بالحديث الصحيح أو الحسن، إلا أن يكون في احتياط في شيء من ذلك كما إذا ورد حديث ضعيف بكراهة بعض البيوع أو الأنكحة فإن المستحب أن يتنزه عنه  

 “Para ulama ahli hadits, fikih, dan lainnya berpendapat bahwa boleh dan disunahkan mengamalkan hadits dha’if dalam fadhailul a’mal, targhib, dan tarhib selama hadits tersebut bukan hadits maudhu’. Adapun untuk ketentuan halal-haram, jual-beli, nikah, talak, dan semisalnya, maka selain hadits shahih dan hasan tidak boleh digunakan. Kecuali dalam rangka ihthiyath (berhati-hati). Misalnya ada hadits dha’if yang menjelaskan hukum makruh beberapa bentuk transaksi jual-beli atau akad nikah, maka disunahkan untuk menjauhi transaksi dan akad tersebut.”4

Bahkan, Imam Al-Haththab dalam kitab Mahabibul Jalil fi Syarhi Mukhatashar Syaikh Khalil, menyatakan bahwa kebolehan mengamalkan hadis dhaif telah disepakati oleh para ulama, sebagaimana ia katakan,

فَقَدْ اتَّفَقَ الْعُلَمَاءُ عَلَى جَوَازِ الْعَمَلِ بِالْحَدِيثِ الضَّعِيفِ فِي فَضَائِلِ الْأَعْمَالِ وَاغْتِنَامًا لِلثَّوَابِ الْوَارِدِ

“Para ulama sepakat boleh mengamalkan hadis dhaif dalam keutamaan amal dan meraih pahala (motivasi)”.5 Hal ini senada dengan perkataan Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu’ Syarhu Muhadzdzab.6

Hanya saja, ulama menjelaskan bahwa kebolehan mengamalkan hadis dhaif dengan beberapa syarat. Sebagaimana disebutkan oleh Imam al-Qalyubi,

قَوْلُهُ : ( لِلْعَمَلِ بِالْحَدِيثِ الضَّعِيفِ ) لَكِنْ بِشُرُوطٍ ثَلَاثَةٍ أَنْ لَا يَشْتَدَّ ضَعْفُهُ ، وَأَنْ يَدْخُلَ تَحْتَ أَصْلٍ عَامٍّ ، وَأَنْ لَا يَعْتَقِدَ الْفَاعِلُ سُنِّيَّةَ ذَلِكَ الْفِعْلِ بِذَلِكَ الْحَدِيثِ

Mengamalkan hadis dhaif boleh tetapi dengan tiga syarat; bukan hadis yang sangat lemah, masuk dalam keumuman dalil dasar, dan pelakunya tidak meyakini hukum sunah berdasarkan hadis tersebut.7

Dari beberapa uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pendapat Albani ini jelas bertentangan dengan ulama hadis, baik salaf maupun khalaf. Menurut para ulama hadis, boleh bahkan sunah mengamalkan hadis dhaif dengan beberapa syarat: 1) Bukan hadis yang sangat dhaif. 2) Memiliki kesesuaian dengan  dalil  yang  lain  (tidak  bertentangan  dengan  dalil lain). 3) Tidak terkait dengan masalah hukum. 4) Pelakunya tidak meyakini hukum sunah berdasarkan hadis tersebut.

Wallahu Alam.


Penulis merupakan Mahasantri semester 1 (Angkatan Amatsil)

Editor: Vigar Ramadhan Dano M. D.


  1. Tamamul Minnah, hal.37 ↩︎
  2. (Al-Qaul Al-Musaddad fid Dabbi ‘anil Musnad, 1/11) ↩︎
  3. (Dalail an Nubuwwah I/34) ↩︎
  4. (Al-Adzkar lil Nawawi, 17-18) ↩︎
  5. Mahabibul Jalil fi Syarhi Mukhatashar Syaikh Khalil, 1/56 ↩︎
  6. Al-Majmu’ Syarhu Muhadzdzab, 3/248 ↩︎
  7. Hasyiyatul Qalyubi, 1/258 ↩︎
Tags: artikelhadisMahasantri
Previous Post

Kredibilitas Albani Sebagai Muhaddits (2): Testimoni Ulama Perihal Kesalahan Takhrij Albani

Next Post

Telaah keempat: Menggali Kedalaman Hadis Hasan

Wildan Husin

Wildan Husin

Pecinta Kajian

Related Posts

Meluruskan Kesalahpahaman Hadis “Salat Orang Mabuk Tidak Diterima 40 Hari”
Artikel Ringan

Meluruskan Kesalahpahaman Hadis “Salat Orang Mabuk Tidak Diterima 40 Hari”

by Ridwan GG
Oktober 13, 2025
Investigasi Pondasi Hadis Syeikh Naquib Al-Attas dalam Falsafah Pendidikan Islam
Artikel Ringan

Investigasi Pondasi Hadis Syeikh Naquib Al-Attas dalam Falsafah Pendidikan Islam

by YUNIAR INDRA
Oktober 1, 2025
Laku Menulis adalah Laku Merawat Ilmu; Sebuah Refleksi dan Motivasi
Artikel Ringan

Laku Menulis adalah Laku Merawat Ilmu; Sebuah Refleksi dan Motivasi

by Vigar Ramadhan
September 22, 2025
Membaca Sikap Khulafa’ ar-Rasyidin saat Hadapi Kritik Rakyat: Refleksi Konstruktif terhadap Respons ‘Tone-Deaf’ Pemerintah Hingga ‘Insult Politics’ Pejabat Negara
Artikel Ringan

Membaca Sikap Khulafa’ ar-Rasyidin saat Hadapi Kritik Rakyat: Refleksi Konstruktif terhadap Respons ‘Tone-Deaf’ Pemerintah Hingga ‘Insult Politics’ Pejabat Negara

by Syifa' Q.
September 11, 2025
Kesibukan Tanpa Makna: Renungan Islam untuk Menata Hidup di Tengah Arus Produktivitas Modern
Artikel

Kesibukan Tanpa Makna: Renungan Islam untuk Menata Hidup di Tengah Arus Produktivitas Modern

by AI NURUSSAADAH
September 9, 2025
Next Post
Telaah keempat: Menggali Kedalaman Hadis Hasan

Telaah keempat: Menggali Kedalaman Hadis Hasan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

register akun perpus maha

Premium Content

Jejak Literasi Hadis: Metode dan Perjalanan Pembukuannya (Part 1)

Jejak Literasi Hadis: Metode dan Perjalanan Pembukuannya (Part 1)

Januari 26, 2025
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ Dalil atau Dalih: Telaah Validitas Hadis dan Implikasinya

نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ Dalil atau Dalih: Telaah Validitas Hadis dan Implikasinya

Maret 30, 2025
Kisah Sahabat yang Buta dan Keutamaan Tawasul

Kisah Sahabat yang Buta dan Keutamaan Tawasul

Agustus 22, 2024

Browse by Category

  • Artikel
  • Artikel Ringan
  • Berita
  • biografi
  • Feminisme
  • Fikih Ibadah
  • Fiqhul Hadis
  • Hadis Tematik
  • Hasyimian
  • Kajian Fikih
  • Kajian Hadis
  • Library Management System
  • Opini
  • Orientalis
  • powerpoint
  • Resensi
  • Review Literatur
  • Sejarah Hadis
  • tafsir dan ulum al-qur'an
  • Tasawuf dan Tarekat
  • Tekno
  • ulumul hadits
  • Uncategorized

Browse by Tags

agama ahli fiqih Alam artikel demonstrasi dermawan dirasat asanid fikih hadis hadist Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari Hasyim Asy'ari ilmu hadis islam jurnal Kajianhadis kajian hadis kajianhadist kitab kritik hadis lingkungan ma'hadaly ma'had aly ma'hadalyhasyimasy'ari mahad aly mahad aly hasyim asyari Mahasantri masyayikh Tebuireng Metodelogi Muhaddis musthalah hadits Nabi Muhammad Nuskha OJS orientalis Puasa Ramadhan sains sanad sejarah Shalat tafsir takhrij Tarawih Tebuireng
Nuskha

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Navigate Site

  • Account
  • Game Hadis
  • Koleksi Kitab Digital
  • Kontributor
  • Logout
  • My Profile
  • NUSKHA
  • Password Reset
  • Pendaftaran Akun Penulis
  • Perpus MAHA
  • جدول مراتب الجرح والتعديل

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Hadis
  • Kajian Fikih
  • Berita
  • Mulai menulis

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?