• Kontributor
  • Daftar
  • Login
Upgrade
Nuskha
Advertisement
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
Nuskha
No Result
View All Result
Home Artikel Ringan

Benarkah KH. Hasyim Asy’ari Seorang Plagiator? Statement dan Sanggahan

IlHAM ZIDALHAQ by IlHAM ZIDALHAQ
November 11, 2024
in Artikel Ringan, Hasyimian, Uncategorized
0
Benarkah KH. Hasyim Asy’ari Seorang Plagiator? Statement dan Sanggahan

Tulisan ini mencoba menguraikan tuduhan-tuduhan miring kepada pendiri Nahdlatul Ulama, KH. Hasyim Asy’ari, yang “dianggap” melakukan plagiarisme karya orang lain. Benarkah asumsi tersebut?

Sebelum membahas tuduhan miring tersebut, penulis uraikan terlebih dahulu tentang apa itu plagiat. Dalam KBBI, plagiat adalah pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dan sebagainya) sendiri, misalnya menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri; jiplakan.

Sedangkan dalam kajian turats, plagiat disebut “sariqoh” atau pencurian. Dalam kitab Jawahirul Balaghah disebutkan:

السرقة: هي أن يأخذ الشخص كلام الغير، وينسبه لنفسه

Sariqoh: adalah ketika seseorang mengambil kata-kata orang lain dan mengklaim sebagai miliknya. Sariqoh ini nantinya terbagi menjadi tiga macam:

1. Penyalinan atau plagiarisme (Naskh/Intihal): Ketika plagiator mengambil kata-kata dan maknanya sekaligus, tanpa perubahan atau penggantian sama sekali. Ini dianggap tercela dan merupakan pencurian murni.

2. Peniruan atau modifikasi (Ighoroh/Maskh): Ketika seseorang mengambil sebagian kata-kata atau mengubah sebagian susunan kalimat. Jika hasil kedua (peniru) memiliki keindahan dalam penyusunannya, maka itu dianggap terpuji. Namun, jika hasil pertama (yang ditiru) yang unggul, maka hasil kedua dianggap tercela. Jika keduanya seimbang, hasil kedua tidak dipuji maupun dicela, dan keunggulan tetap milik yang pertama.

3. Pengutipan (Salkh/Ilmam): Ketika pengutip mengambil makna saja. Jika hasil kedua lebih unggul, maka itu lebih fasih. Jika hasil pertama lebih baik, maka hasil kedua dianggap tercela. Jika keduanya setara, maka hasil kedua tidak layak dicela.

Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa tidak semua pengutipan, peniruan, atau penyalinan itu buruk dan tercela. Yang tercela adalah naskh/intihal, sedangkan modifikasi (ighoroh) dan pengutipan (salkh) memiliki perincian. Jika yang mengutip atau memodifikasi lebih baik susunannya, maka hal tersebut tidak tercela. Dan jika susunannya sama antara yang dikutip dengan pengutip, maka tidak ada yang tercela. Hanya saja yang dikutip memiliki keunggulan.

Pertama, tulisan ini sebagai argumen dan jawaban atas tuduhan miring terhadap Kiai Hasyim yang dituduhkan oleh salah satu oknum bahwa beliau telah melakukan plagiarisme murni (intihal) dalam syair ritsa’ atas wafatnya KH. Abdullah Ubaid. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa syair tersebut milik Asyja’ As-Salami.

Memang benar, syair dengan bahar thowil tersebut dinisbatkan kepada Asyja’ As-Salami dan banyak dinukil oleh para ulama dalam berbagai kitab, seperti Al-Hamasah al-Maghribiyyah, Al-Bidayah Wan-Nihayah, Khizanatul Adab, Wafiyatul A’yan karya Ibnu Khilkan, Tudihul Maqasid wal Masalik bi syarh Alfiyah ibn Malik, Al-Mustatraf fi Kulli Fan Mustazraf, dan kitab-kitab lainnya. Menurut Ibnu Khilkan, syair tersebut merupakan syair terindah dalam hal duka cita. Syair tersebut sangat masyhur, hingga sebagian dari mereka mengganti lafal ibnu sa’id dengan nama yang dikehendaki.

Dalam kajian Balaghah, terdapat istilah tadmin, yaitu ketika seorang penyair menyisipkan bait dari syair orang lain ke dalam syairnya, dengan menyebutkan sumbernya jika bait yang dikutip tidak dikenal luas oleh para ahli. Namun, jika bait yang dikutip dikenal luas oleh para ahli, maka boleh tanpa menyebut sumbernya (Ulum al-Balaghah, hal. 133).

Sangat tidak logis jika seseorang melakukan plagiarisme murni (intihal) dari syair yang sudah masyhur, bahkan diketahui khalayak luas. Kiai Hasyim melakukan pengutipan syair As-Salami karena syair ini diakui sebagai yang paling indah dan bagus menurut para ulama serta sudah masyhur.

Lantas, mengapa Kiai Hasyim tidak menyebut sumbernya, bahwa syair itu milik As-Salami? Tentu karena syair tersebut sudah sangat masyhur, saking masyhurnya sehingga tidak perlu dinisbatkan, dan para ahli sudah mengetahuinya.

Kedua, kitab Adabul Alim wal Muta’allim dituduh memplagiat kitab Tadzkiroh Sami’ wal Mutakallim fi Adab Alim wal Muta’allim karya Ibnu Jama’ah. Tuduhan plagiarisme murni (intihal) ini dikemukakan oleh sebagian cendekiawan. Bahkan, ada juga yang meragukan nisbat kitab tersebut kepada Kiai Hasyim. Tuduhan ini sungguh tidak bisa dibenarkan.

Sanggahan:

1. Nisbat Kitab Adabul Alim wal Muta’allim sudah benar, yaitu dinisbatkan pengarangnya kepada Kiai Hasyim. Cetakan tertua kitab, yaitu dua tahun setelah kitab ini ditulis, menyatakan dan membenarkan bahwa kitab ini memang karya Kiai Hasyim. Di sampul dan di dalam kitabnya, disebutkan nama Kiai Hasyim.

2. Tuduhan bahwa Kiai Hasyim melakukan plagiarisme murni (intihal) tidak bisa dibenarkan. Sebab, dalam tradisi kepenulisan kitab menurut ulama Islam, ada tujuh tujuan seseorang menulis kitab:

   المقصود بالتأليف سبعة: شيء لم يسبق إليه فيؤلف، أو شيء ألف ناقصا فيكمل، أو خطأ فيصحح، أو مشكل فيشرح، أو مطول فيختصر، أو مفترق فيجمع، أو منثور فيرتب. (قاله المقري في أزهار الرياض)

“Tujuan menulis kitab ada tujuh: menciptakan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya; menyempurnakan karya yang masih kurang; mengoreksi kesalahan dalam karya yang ada; menjelaskan bagian yang sulit dipahami; meringkas karya yang terlalu panjang; mengumpulkan hal-hal yang terpisah dalam satu karya; dan menyusun ulang karya yang tersebar agar lebih teratur.” (Pernyataan ini disampaikan oleh Al-Muqri dalam Azhar ar-Riyad).

Salah satu tujuan menulis adalah meringkas kitab yang besar dan panjang penjelasannya menjadi kitab yang ringkas dan padat. Hal ini disampaikan oleh Kiai Hasyim dalam mukadimah Dlaul Misbah mengenai mengapa beliau sering meringkas kitab-kitab besar dan menulis risalah kecil:

“Saya mencoba untuk mencari tahu sebabnya, ternyata hal itu disebabkan karena pembahasan tentang nikah terdapat pada kitab-kitab besar. Hal ini menjadikan mereka rendah keinginannya untuk mempelajarinya. Maka, saya berkeinginan untuk membahasnya pada sebuah kitab kecil guna memudahkan mereka menjangkaunya.”

Kitab ringkasan (mukhtasar) telah lama menjadi tradisi penulisan oleh para ulama. Sebut saja, Manhaj Thullab merupakan ikhtisar dari kitab Minhaju Tholibin karya Imam Nawawi, sedangkan Minhaju Tholibin merupakan ikhtisar dari kitab Muharor nya Imam Rofi’i. Dan banyak lagi ulama yang meringkas kitab yang panjang menjadi ringkas dan lebih mudah dipahami.

Termasuk yang mengikuti jejak dalam ikhtisar kitab adalah Kiai Hasyim. Hampir semua kitab karyanya merupakan ikhtisar dari para pendahulunya. Adabul Alim wal Muta’allim merupakan mukhtasar dari Tadzkiroh Sami’ wal Mutakallim karya Ibnu Jama’ah. Kiai Hasyim sengaja meringkasnya agar mudah dipahami oleh para santri. Seperti alasan menulis Adabul Alim wal Muta’allim yang disampaikan Kiai Hasyim dalam mukadimahnya:

“Apa yang saya lihat dari kebutuhan para pelajar terhadap hal ini dan mereka kesulitan dalam mengulang/mentelaah penjelasan tersebut, mendorong saya untuk menyusun risalah ini.”

3. Kiai Hasyim tidak sendirian dalam hal ini; sebelum Kiai Hasyim sudah ada upaya ulama untuk meringkas Tadzkiroh Sami’ wal Mutakallim. Sebut saja Imam Asy-Syaikh Husain bin Manahur al-Yamani juga meringkas kitab Ibnu Jama’ah dan diberi judul Adabul Ulama’ wal Muta’allimin.

4. Mengapa Kiai Hasyim tidak menyebutkan bahwa kitab ini merupakan ringkasan dari kitab Tadzkiroh? Seperti yang telah penulis singgung di atas, hal yang sudah masyhur tidak perlu dijelaskan lagi. Seperti halnya Ihya Ulum ad-Din nya Imam Ghazali yang menginduk pada kitab Hilyatu Aulia, Qutul Qulub, dan kitab Imam Haromain. Imam Suyuthi dalam Al-Bayan fi Riyadhat ash-Shibyan ternyata isinya sama persis dengan salah satu bab Rub’ul Muhlikat di Ihya Ulum ad-Din. Imam Suyuthi hanya menambahkan mukadimah dan khatimah.

Hal-hal yang dilakukan para ulama ini adalah meringkas kitab sebelumnya, agar mempermudah seseorang untuk mengkajinya. Hal ini lumrah dalam tradisi Islam. Jadi, tuduhan miring kepada sosok Kiai Hasyim itu tidaklah benar adanya.

Sumber:

  • https://bincangsyariah.com/khazanah/imam-as-suyuthi-ulama-ensiklopedis-yang-hampir-tertuduh-plagiat/
  • https://afaqattaiseer.net/vb/showthread.php?t=37993

Penulis merupakan alumni Ma’had Aly Hasyim Asy’ari

Editor: Vigar Ramadhan Dano M. D.

Tags: artikelHasyim Asy'ariPlagiator
Previous Post

Hadis-Hadis Perjuangan Seputar Hari Pahlawan

Next Post

Mengawinkan Lintas Pemahaman Lewat Mudzakarah (Refleksi Khutbah Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari)

IlHAM ZIDALHAQ

IlHAM ZIDALHAQ

Related Posts

Daging dalam Timbangan Hadis dan Medis: Sehat Jika Bijak, Bahaya Jika Berlebihan
Artikel Ringan

Daging dalam Timbangan Hadis dan Medis: Sehat Jika Bijak, Bahaya Jika Berlebihan

by Ridwan GG
Mei 25, 2025
Hermeneutik Hadis dan Sejarah: Mencari Keseimbangan antara Teks Agama dan Fakta Historis
Artikel Ringan

Hermeneutik Hadis dan Sejarah: Mencari Keseimbangan antara Teks Agama dan Fakta Historis

by Ridwan GG
Mei 22, 2025
Ingkar Sunnah Modern: Narasi yang Dipersoalkan dan Tokoh-Tokohnya (Bagian II)
Artikel Ringan

Ingkar Sunnah Modern: Narasi yang Dipersoalkan dan Tokoh-Tokohnya (Bagian II)

by Vigar Ramadhan
Mei 20, 2025
Ingkar Sunnah Klasik: Riak Awal Penolakan Hadis Nabi SAW (Bagian I)
Artikel Ringan

Ingkar Sunnah Klasik: Riak Awal Penolakan Hadis Nabi SAW (Bagian I)

by Vigar Ramadhan
Mei 19, 2025
Peran Sentral Ummul Mukminin dalam Pewarisan Hadis-Hadis Rumah Tangga
Artikel

Peran Sentral Ummul Mukminin dalam Pewarisan Hadis-Hadis Rumah Tangga

by Ridwan GG
Mei 18, 2025
Next Post
Mengawinkan Lintas Pemahaman Lewat Mudzakarah (Refleksi Khutbah Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari)

Mengawinkan Lintas Pemahaman Lewat Mudzakarah (Refleksi Khutbah Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari)

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

register akun perpus maha

Premium Content

Telaah keempat: Menggali Kedalaman Hadis Hasan

Telaah keempat: Menggali Kedalaman Hadis Hasan

November 7, 2024

Transmisi Hadis (alfazh tahammul wa al-ada’)

Agustus 29, 2023
Karamah Kiai Habib dan Kiai Shobari

Karamah Kiai Habib dan Kiai Shobari

Agustus 29, 2023

Browse by Category

  • Artikel
  • Artikel Ringan
  • Berita
  • biografi
  • Feminisme
  • Fikih Ibadah
  • Hadis Tematik
  • Hasyimian
  • Kajian Fikih
  • Kajian Hadis
  • Library Management System
  • Opini
  • Orientalis
  • powerpoint
  • Resensi
  • Review Literatur
  • Sejarah Hadis
  • tafsir dan ulum al-qur'an
  • Tasawuf dan Tarekat
  • Tekno
  • ulumul hadits
  • Uncategorized

Browse by Tags

ahli fiqih Alam artikel bumi dermawan dirasat asanid fikih hadis hadist Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari Hasyim Asy'ari ilmu hadis jurnal Kajianhadis kajian hadis kajianhadist kitab kritik hadis lingkungan ma'hadaly ma'had aly ma'hadalyhasyimasy'ari mahad aly mahad aly hasyim asyari Mahasantri masyayikh Tebuireng medsos Metodelogi Muhaddis musthalah hadits Nabi Nabi Muhammad NU OJS orientalis Puasa qur'an Ramadhan sahih bukhari muslim sanad sejarah takhrij Tarawih Tasawuf Tebuireng
Nuskha

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Navigate Site

  • Account
  • Game Hadis
  • Koleksi Kitab Digital
  • Kontributor
  • Logout
  • My Profile
  • NUSKHA
  • Password Reset
  • Pendaftaran Akun Penulis
  • Perpus MAHA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Hadis
  • Kajian Fikih
  • Berita
  • Mulai menulis

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?