• Kontributor
  • Daftar
  • Login
Upgrade
Nuskha
Advertisement
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
Nuskha
No Result
View All Result
Home Artikel Ringan

Sebuah Catatan Kritis: Islam Tidak Perlu Difeminisasi

Farhan Syahputra by Farhan Syahputra
Oktober 29, 2024
in Artikel Ringan, Feminisme
0
Sebuah Catatan Kritis: Islam Tidak Perlu Difeminisasi

Feminisme akhir-akhir ini menjadi paham yang cukup populer. Paham Feminisme membawa wacana kesetaraan (equality) di tengah ketidakadilan gender antara laki-laki dan perempuan. Perempuan di seluruh dunia dianggap sebagai makhluk yang tertindas, sehingga melahirkan ketimpangan sosial. Menurut kaum feminis, ada beberapa ketimpangan yang terjadi yang menimpa perempuan di ruang publik.

Kate Millet, seorang feminis radikal libertarian dalam sexual politic mengatakan bahwa agama merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab tersingkirkannya perempuan. Melalui agama, orang-orang bisa menjustifikasi bahwa perempuan harus seperti ini dan seperti itu serta mengatakan bahwa ini merupakan ajaran Tuhan. Dan inilah yang sedang terjadi pada ajaran agama Islam. Beberapa kelompok mencoba menyetarakan konsep keadilan yang dibawa oleh Islam.

Jika kita ingin mengetahui bagaimana paham Feminisme ini bekerja, maka kita harus membaca sejarah genealoginya terlebih dahulu. Feminisme merupakan ide untuk menyetarakan peran perempuan di ruang publik. Ide ini muncul di Barat ketika Barat masih membatasi ruang gerak perempuan. Pada abad pertengahan, yang saat itu Eropa masih belum mengizinkan perempuan untuk turut serta dalam kehidupan di luar rumah.

Perempuan juga tidak mempunyai hak untuk memiliki kekayaan dan untuk belajar. Begitu juga yang terjadi di Jerman, seorang suami masih memiliki hak untuk menjual istrinya. Di Amerika, perempuan bahkan tidak memiliki hak untuk memilih atau menduduki jabatan politik yang dipilih melalui pemilu.

Keadaan seperti inilah yang mendorong lahirnya gerakan Feminisme. Tetapi, jika kita menarik lebih jauh maka akan ditemukan bahwa ketimpangan yang terjadi di dunia Barat dipengaruhi oleh pandangan ahli teologi Kristen yang menjadikan perempuan sebagai objek dan melahirkan paham-paham yang misoginis (sikap atau pandangan yang membenci, merendahkan, atau mendiskriminasi perempuan).

Tertullian, seorang ahli teologi Kristen abad ke 2 M berpendapat bahwa setiap perempuan membawa kutukan (curse) Hawa. Dalam ajaran kristen, Hawa dianggap sebagai penyebab dihukumnya Adam ke Bumi. Dalam kitab kejadian 3 : 5-6 yang berbunyi :

3:5 “Tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”

3:6 “Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.”

Selain Tertullian, ada beberapa ahli teologi Kristen yang memiliki paham misoginis seperti Saint John Chrysostom, Saint Thomas Aquinas dan Saint Paul’s yang berpandangan bahwa perempuan merupakan sumber dosa dan manusia kelas dua di dunia. Menurut Henry, pandangan para ahli teologi Kristen ini dipengaruhi oleh teks-teks Bible yang bernuansa misoginis. Contohnya seperti Sirakh 42:14 yang berbunyi :

“Kejahatan laki-laki lebih baik dari daripada kebaikan perempuan, dan perempuanlah yang mendatangkan malu dan nista.”

Ringkasnya, gerakan Feminisme di Barat muncul sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap teks-teks Bible sehingga mereka menolak untuk terus-menerus membaca teks-teks kitab suci dan tradisi patriarkal kuno sebagaimana diungkapkan oleh Nicola Slee.

Kenapa Islam tidak perlu difeminisasi?

Islam muncul ketika perempuan masih dianggap sebagai barang. Perbudakan, poliandri dan poligami tanpa batas masih terjadi di semenanjung Arab pada saat itu. Sampai pada Islam hadir pada abad ke 6 masehi, lalu Islam memberikan perempuan kedudukan yang layak sebagaimana manusia yang sama.

Peran Islam dalam mengangkat derajat perempuan bisa kita lihat dari peran para sahabat perempuan pada saat itu yang banyak berkotribusi dalam persebaran agama Islam seperti Asma binti Abu Bakar yang membantu memberikan logistik pada Nabi Muhammad dan Abu Bakar ketika hendak hijrah ke Madinah, begitu juga dengan Nusaiba binti Ka’ab al-Anshari yang ikut berpartisipasi dalam perang uhud.

Islam juga menghilangkan stigma masyarakat Arab pada saat itu yang menganggap bayi perempuan sebagai bentuk kesialan dan aib keluarga sehingga mereka menguburnya hidup-hidup. Hal ini menunjukan bahwa Islam memberikan kedudukan yang sama dengan laki-laki sebagai manusia.

Jika kita melihat secara sekilas, mungkin ada persamaan nilai antara Islam dan Feminisme, yaitu keduanya mencoba memberikan ruang dan hak pada perempuan-perempuan tertindas. Keduanya sama-sama mengangkat kedudukan perempuan sebagai manusia. Tetapi sebagaimana yang saya jelaskan diatas bahwa Feminisme lahir sebagai respon ketidakpusan dan kekecewaan terhadap ajaran-ajaran Kristen yang dibawa oleh para ahli teologi Kristen.

Sehingga mereka menuduh bahwa Kristen adalah agama yang anti perempuan dan penindasan perempuan berasal dari kitab suci. Inilah yang kemudian memunculkan sebuah ungkapan yang populer dikalangan feminsime yaitu ungkapan Meredith Burgmann, ia mengatakan :

If you thought about your life as a women, the first thing you would do is reject christianity.

“Jika kamu berpikir tentang kehidupan kamu sebagai seorang perempuan, hal pertama yang akan Anda lakukan adalah menolak agama Kristen.”

Disinilah letak perbedaan Islam dan Feminisme. Islam secara substantif membawa ajaran tentang bagaimana menempatkan perempuan sesuai dengan perannya. Islam memang tidak menghendaki kesetaraan tetapi Islam menghendaki keadilan. Keduanya pun secara konseptual memiliki perbedaan. Feminisme menginginkan kesetaraan sedangkan Islam menginginkan keadilan.

Sekian.


Penulis merupakan alumni Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (Angkatan Tsuroya)

Editor: Vigar Ramadhan Dano M. D.

Tags: artikelMahasantri
Previous Post

Ekosentrisme dalam Perspektif Islam: Tanggung Jawab Spiritual terhadap Krisis Lingkungan

Next Post

Kredibilitas Albani Sebagai Muhaddits (2): Testimoni Ulama Perihal Kesalahan Takhrij Albani

Farhan Syahputra

Farhan Syahputra

Related Posts

Meluruskan Kesalahpahaman Hadis “Salat Orang Mabuk Tidak Diterima 40 Hari”
Artikel Ringan

Meluruskan Kesalahpahaman Hadis “Salat Orang Mabuk Tidak Diterima 40 Hari”

by Ridwan GG
Oktober 13, 2025
Investigasi Pondasi Hadis Syeikh Naquib Al-Attas dalam Falsafah Pendidikan Islam
Artikel Ringan

Investigasi Pondasi Hadis Syeikh Naquib Al-Attas dalam Falsafah Pendidikan Islam

by YUNIAR INDRA
Oktober 1, 2025
Laku Menulis adalah Laku Merawat Ilmu; Sebuah Refleksi dan Motivasi
Artikel Ringan

Laku Menulis adalah Laku Merawat Ilmu; Sebuah Refleksi dan Motivasi

by Vigar Ramadhan
September 22, 2025
Membaca Sikap Khulafa’ ar-Rasyidin saat Hadapi Kritik Rakyat: Refleksi Konstruktif terhadap Respons ‘Tone-Deaf’ Pemerintah Hingga ‘Insult Politics’ Pejabat Negara
Artikel Ringan

Membaca Sikap Khulafa’ ar-Rasyidin saat Hadapi Kritik Rakyat: Refleksi Konstruktif terhadap Respons ‘Tone-Deaf’ Pemerintah Hingga ‘Insult Politics’ Pejabat Negara

by Syifa' Q.
September 11, 2025
Kesibukan Tanpa Makna: Renungan Islam untuk Menata Hidup di Tengah Arus Produktivitas Modern
Artikel

Kesibukan Tanpa Makna: Renungan Islam untuk Menata Hidup di Tengah Arus Produktivitas Modern

by AI NURUSSAADAH
September 9, 2025
Next Post
Kredibilitas Albani Sebagai Muhaddits (2): Testimoni Ulama Perihal Kesalahan Takhrij Albani

Kredibilitas Albani Sebagai Muhaddits (2): Testimoni Ulama Perihal Kesalahan Takhrij Albani

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

register akun perpus maha

Premium Content

Menggali Kepalsuan Hadis: Shalat Kafarah di Jumat Terakhir Ramadhan Sebagai Pengganti Shalat yang Telah Ditinggalkan

Menggali Kepalsuan Hadis: Shalat Kafarah di Jumat Terakhir Ramadhan Sebagai Pengganti Shalat yang Telah Ditinggalkan

Maret 28, 2025
Perayaan Idulfitri dalam Hadis Nabi SAW: Sejarah, Keutamaan, dan Pemaknaannya

Perayaan Idulfitri dalam Hadis Nabi SAW: Sejarah, Keutamaan, dan Pemaknaannya

April 11, 2025
Gus Dur Tajdid, Kiai As’ad Ta’sis

Gus Dur Tajdid, Kiai As’ad Ta’sis

Januari 16, 2024

Browse by Category

  • Artikel
  • Artikel Ringan
  • Berita
  • biografi
  • Feminisme
  • Fikih Ibadah
  • Fiqhul Hadis
  • Hadis Tematik
  • Hasyimian
  • Kajian Fikih
  • Kajian Hadis
  • Library Management System
  • Opini
  • Orientalis
  • powerpoint
  • Resensi
  • Review Literatur
  • Sejarah Hadis
  • tafsir dan ulum al-qur'an
  • Tasawuf dan Tarekat
  • Tekno
  • ulumul hadits
  • Uncategorized

Browse by Tags

agama ahli fiqih Alam artikel demonstrasi dermawan dirasat asanid fikih hadis hadist Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari Hasyim Asy'ari ilmu hadis islam jurnal Kajianhadis kajian hadis kajianhadist kitab kritik hadis lingkungan ma'hadaly ma'had aly ma'hadalyhasyimasy'ari mahad aly mahad aly hasyim asyari Mahasantri masyayikh Tebuireng Metodelogi Muhaddis musthalah hadits Nabi Muhammad Nuskha OJS orientalis Puasa Ramadhan sains sanad sejarah Shalat tafsir takhrij Tarawih Tebuireng
Nuskha

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Navigate Site

  • Account
  • Game Hadis
  • Koleksi Kitab Digital
  • Kontributor
  • Logout
  • My Profile
  • NUSKHA
  • Password Reset
  • Pendaftaran Akun Penulis
  • Perpus MAHA
  • جدول مراتب الجرح والتعديل

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Hadis
  • Kajian Fikih
  • Berita
  • Mulai menulis

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?