Penulis: M. Fatkhun Ni’am
Salah satu ulama yang mempunyai andil besar dalam sejarah pembukuan dan perkembangan hadis adalah Imam Syihahudin Az-Zuhri atau Ibnu Syihab az-Zuhri, beliau mempunyai nama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdullah bin Syihab bin Abdullah bin al-Harits bin Zahrah al-Quraisy az-Zuhri al-Madani ( 124 H). Beliau lahir sekitar tahun 50 atau 51 H. Ayahnya bernama Muslim bin Abdillah adalah seorang perawi hadis yang tsiqah.
Imam az-Zuhri termasuk ulama ahli hadis dari golongan tabi’in junior yang masyhur di daerah Madinah. Beliau hidup sezaman dan dengan ahli hadis masyhur lainnya seperti Said bin Musayyab (93 H), Qasim bin Muhammad bin abu bakar (112 H) Nafi’ (117 H). Beliau juga satu zaman dengan ulama masyhur di daerah lainnya seperti, Ikrimah mawla Ibnu Abbas masyhur di daerah Makkah (105 H) Hasan bin abu Hasan al-Basyri yang masyhur di Basyrah (110 H), dan Umar bin Abdul Aziz yang masyhur di Syam (101 H).
Imam az-Zuhri belajar dan mendengar hadis dari golongan sahabat yang juga masyhur di zamannya, seperti Anas bin Malik, Sahal bin Sa’ad, Said bin Yazid, Syabih Abu Jamilah, Abdurrahman bin Azhar, Rabiah ibn Itad, Abu Thufail (sahabat Nabi yang wafat paling akhir) dan sahabat sahabat lainnya. ( Lihat hadis muhaddisun). Beliau juga banyak mengambil hadis dari tabi’in senior seperti kepada Sayyid at-tabiin Said bin musayyab, Urwah bin Zubair, al-Qasim bin Muhammad dan ulama lainnya.
Pendapat masyhur dari ulama ahli hadits mengatakan bahwa Imam Syihab az-Zuhri dianggap sebagai orang yang pertama kali mentadwin hadis. Hal ini beliau lakukan atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Kata tadwin dalam bahasa arab merupakan bentuk masdar dari kata dawwana, yudawwinu, tadwiinan yang berarti pembukuan. Dalam hal ini adalah mengumpulkan lembaran-lembaran dan hafalan yang ada di dalam dada kemudian menyusunnya menjadi satu kitab.
Dilatarbelakangi oleh bermunculannya hal hal baru (bid’ah), para sahabat dan ahli hadis yang meninggal akibat peperangan, dan kekuatan hafalan hadis semakin melemah, tuntutan membukukan hadis menjadi semakin kuat. Mulanya pada puncak seratus abad tahun pertama, khalifah Umar memerintahkan gubernur yang ada di Madinah yaitu abu bakar bin Hazm agar menulis hadis yang dimiliki Umrah binti Aburrahman al-Anshariyah Qasim bin Muhammad bin abu bakar. Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga memerintahkan Muhammad bin Syihab Az-Zuhri untuk menghimpun hadis yang dikuasai oleh para ulama di Hijaz dan Suriah. Imam az-Zuhri dianggap sebagai sosok yang tepat untuk membukukan hadis karena mengusai banyak fan ilmu, hafalannya kuat serta cermat, memiliki banyak hadis dan tsiqoh.
Imam Ali al-Madini menyebutkan sebagaimana yang dinukil oleh al-Zahabi bahwa jumlah hadis yang dimiliki oleh al-Zuhri adalah 2.200 hadis. Hal ini di perkuat oleh imam Abu Dawud yang menyebutkan bahwa al-Zuhri menghafal 2.200 hadis tanpa ada kesalahan.
Jasa Imam az-Zuhri dalam pembukuan hadis sangatlah besar, berkat jasanya lah banyak tabaqat setelahnya yang ramai membukukan hadis.
Namun walaupun Imam az-Zuhri adalah orang yang pertama kali membukukan hadis, namun kitab-kitab karyanya tersebut tidak sampai kepada kita. Hanya materi utama dan sistematika penulisannya saja yang sampai kepada kita, yang kemudian diolah oleh para ulama setelahnya dalam bentuk mushannaf.
Banyak ulama yang berkomentar tentang pribadi az-Zuhri. Salah satunya adalah,Khalifah Umar bin Abdul Aziz, “Temuilah al-Zuhri karena sesungguhnya tidak ada yang tersisa saat ini orang yang lebih paham terhadap sunah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam daripadanya (al-Zuhri)!”
Asy-Syafii mengatakan,
“Kalau bukan karena az-Zuhri niscaya akan hilang sunnah-sunnah di Madinah.”
Ad-Darawardi berkata: “Orang yang pertama kali menulis ilmu adalah az-Zuhri.”
Az-Zuhri wafat pada tahun 124 H. Beliau dimakamkan di Syam di sebuah desa bernama Syagbada[1]
Penulis merupakan mahasantri amgkatan 2021
[1] (Lihat kitab tahdzib Al asma wa Al lughot (1/90) ,Kitab tahdzib at -tahdzib hal 9-445)