• Kontributor
  • Daftar
  • Login
Upgrade
Nuskha
Advertisement
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Kajian Hadis
      • ulumul hadits
      • Sejarah Hadis
    • Artikel Ringan
    • Kajian Fikih
    • Review Literatur
    • biografi
    • tafsir dan ulum al-qur’an
    • Tekno
  • Agenda
  • download
    • Skripsi
    • powerpoint
No Result
View All Result
Nuskha
No Result
View All Result
Home Artikel Ringan

Awal Perpecahan dalam Sebuah Peradaban

Naufal Afif by Naufal Afif
Oktober 21, 2024
in Artikel Ringan, Resensi
0
Awal Perpecahan dalam Sebuah Peradaban

Peradaban Islam memiliki sejarah yang sangat panjang—ia tidak muncul begitu saja dari kekosongan—seperti yang dapat kita pelajari dari kitab-kitab ulama terkemuka, sejarawan, dan bukti-bukti sejarah. Di dalamnya terkandung berbagai masalah, fenomena, serta perkembangan yang beragam. Peradaban ini selalu mengalami transformasi di berbagai aspek, baik itu dari sisi kebudayaan, pemikiran, hingga kemajuan dan kemunduran yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti perpecahan, persaingan, maupun perebutan kekuasaan.

Sebagai contoh, masa kejayaan peradaban Islam yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan terjadi pada masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah. Pada periode ini, banyak lahir cendekiawan Muslim yang ahli di berbagai bidang ilmu. Misalnya, Al-Kindi, seorang filsuf dan ilmuwan terkemuka yang hidup pada abad ke-9; Al-Farabi, yang sering disebut sebagai “Guru Kedua” setelah Aristoteles; dan Ibnu Sina, yang terkenal di bidang kedokteran, filsafat, dan matematika. Salah satu karyanya, “The Canon of Medicine,” menjadi rujukan utama dalam ilmu kedokteran selama berabad-abad. Selain mereka, masih banyak cendekiawan lainnya yang turut menyumbang bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Namun, di balik kemajuan tersebut, peradaban Islam juga tidak luput dari kemunduran. Salah satu titik awal perpecahan di antara kaum Muslimin terjadi saat muncul tuduhan nepotisme yang ditujukan kepada Khalifah Utsman bin Affan. Tuduhan ini, yang dilontarkan oleh kelompok yang tidak menyukai Utsman, menjadi fitnah yang akhirnya mengguncang stabilitas kekuasaan dan memicu perpecahan.

Khalifah Utsman bin Affan (memerintah dari 644 M hingga 656 M) merupakan khalifah ketiga dalam masa Khulafa ar-Rasyidin, dan pemerintahannya merupakan yang terpanjang. Ia memimpin selama dua belas tahun, di mana separuh pertama dari masa kekuasaannya berjalan damai dan sejahtera. Di bawah kepemimpinannya, perekonomian umat Islam berkembang, meskipun situasi politik mulai memanas. Masalah mulai timbul ketika Utsman mengangkat beberapa kerabatnya sebagai pejabat publik. Keputusan ini dianggap kontroversial dan memicu ketidakpuasan di kalangan masyarakat yang merasa kebijakan tersebut lebih menguntungkan keluarga Utsman.

Namun, penting untuk dipahami bahwa Utsman tidak memilih kerabatnya tanpa alasan. Ia beranggapan bahwa mereka memiliki kredibilitas dan kompetensi yang lebih baik dibandingkan orang lain. Dengan demikian, keputusan Utsman tidak sepenuhnya keliru. Akan tetapi, fitnah dari kaum munafik memperbesar isu tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh Fathurrahman Djamil dan rekan-rekannya dalam buku KKN dalam Perspektif Hukum dan Moral Islam, nepotisme tidak selalu tercela. Dalam Islam, yang dilarang adalah menempatkan seseorang yang tidak memiliki kemampuan atau kompetensi hanya karena hubungan kekeluargaan. Oleh karena itu, yang seharusnya menjadi fokus adalah apakah seseorang yang dipilih memang layak dan mampu, tanpa memandang asal-usul keluarganya.

Meski begitu, tidak bisa dipungkiri bahwa peristiwa ini menjadi awal dari perpecahan di antara kaum Muslimin, yang disebabkan oleh isu nepotisme dalam kekuasaan. Seandainya kebijakan ini tidak terjadi, mungkin sejarah akan berbeda. Nabi Muhammad SAW sendiri seolah telah memberikan peringatan tentang perpecahan ini dalam sabdanya:

عَنْ عَبْدِ اللَّ‍هِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللَّ‍هِ صَلَّى اللَّ‍هُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَ سَبْعِيْنَ مِلَّةً وَ تَفَرَّقَتْ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَ سَبْعِيْنَ  مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّمِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوْا وَمَنْ هِيَ يَارَسُوْلَ اللَّ‍هِ؟. قَالَ مَاأَنَا عَلَيْهِ وَ أَصْحَابِي (سنن الترمذي، رقم ٢٥٦٥)

“Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya kaum Bani Isra’il telah terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan’. Lalu sahabat bertanya, ‘Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?’ Nabi SAW menjawab, ‘(Golongan itu adalah orang-orang yang berpegang pada) semua perbuatan yang telah aku lakukan, serta semua perbuatan yang dikerjakan oleh sahabat-sahabatku’.” (Sunan al-Tirmidzi, no. 2565)

Semoga kisah ini memberikan kita pelajaran berharga. Persoalan-persoalan yang tampaknya terus menjamur di tengah masyarakat dapat menemukan solusi dari hikmah peristiwa masa lampau. Jangan sampai kita terjebak dalam kesalahan yang sama, yang hanya membawa kehampaan. Sudah saatnya kita memandang masa depan, bukan larut dalam kejayaan masa lalu. Dengan begitu, kita bisa menjalani masa depan dengan hati-hati, menciptakan kehidupan yang harmonis. Kebenaran sejati hanya akan diraih oleh mereka yang bersedia merenung dan memahami. Karena itu, penting bagi kita untuk menjadikan sejarah sebagai cermin, mengambil pelajaran darinya, dan menerapkannya dengan bijak dalam kehidupan saat ini. Hanya dengan cara itulah kita dapat menjaga persatuan dan menghindari perpecahan yang berulang.

Tulisan ini disusun setelah penulis membaca Al-Hadits wa al-Muhadditsun karya Prof. Muhammad Abu Zahw (w. 1983 M).

Wallahu a’lam.


Penulis merupakan mahasantri semester 3 (Angkatan Syalmahat).

Editor: Vigar Ramadhan Dano M.D.

Tags: artikelMahasantriNepotisme
Previous Post

Telaah ketiga: Menelisik Hadis Shahih pada Jenis, Pembagian dan Hukumnya

Next Post

Sayyidah Aisyah: Sosok Ummi Naqdul Matan dalam Hadis

Naufal Afif

Naufal Afif

Anak Aweha yang lanjut ke MAHA.

Related Posts

Meluruskan Kesalahpahaman Hadis “Salat Orang Mabuk Tidak Diterima 40 Hari”
Artikel Ringan

Meluruskan Kesalahpahaman Hadis “Salat Orang Mabuk Tidak Diterima 40 Hari”

by Ridwan GG
Oktober 13, 2025
Investigasi Pondasi Hadis Syeikh Naquib Al-Attas dalam Falsafah Pendidikan Islam
Artikel Ringan

Investigasi Pondasi Hadis Syeikh Naquib Al-Attas dalam Falsafah Pendidikan Islam

by YUNIAR INDRA
Oktober 1, 2025
Laku Menulis adalah Laku Merawat Ilmu; Sebuah Refleksi dan Motivasi
Artikel Ringan

Laku Menulis adalah Laku Merawat Ilmu; Sebuah Refleksi dan Motivasi

by Vigar Ramadhan
September 22, 2025
Membaca Sikap Khulafa’ ar-Rasyidin saat Hadapi Kritik Rakyat: Refleksi Konstruktif terhadap Respons ‘Tone-Deaf’ Pemerintah Hingga ‘Insult Politics’ Pejabat Negara
Artikel Ringan

Membaca Sikap Khulafa’ ar-Rasyidin saat Hadapi Kritik Rakyat: Refleksi Konstruktif terhadap Respons ‘Tone-Deaf’ Pemerintah Hingga ‘Insult Politics’ Pejabat Negara

by Syifa' Q.
September 11, 2025
Kesibukan Tanpa Makna: Renungan Islam untuk Menata Hidup di Tengah Arus Produktivitas Modern
Artikel

Kesibukan Tanpa Makna: Renungan Islam untuk Menata Hidup di Tengah Arus Produktivitas Modern

by AI NURUSSAADAH
September 9, 2025
Next Post
Sayyidah Aisyah: Sosok Ummi Naqdul Matan dalam Hadis

Sayyidah Aisyah: Sosok Ummi Naqdul Matan dalam Hadis

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

register akun perpus maha

Premium Content

Shalat Tarawih dalam Hadis dan Pandangan Mazhab Mengenai Praktiknya

Shalat Tarawih dalam Hadis dan Pandangan Mazhab Mengenai Praktiknya

Maret 21, 2025
Jejak Literasi Hadis: Metode dan Perjalanan Pembukuannya (Part 1)

Jejak Literasi Hadis: Metode dan Perjalanan Pembukuannya (Part 2)

Januari 30, 2025
حب الوطن في ضوء الشريعة الإسلامية

حب الوطن في ضوء الشريعة الإسلامية

Agustus 22, 2024

Browse by Category

  • Artikel
  • Artikel Ringan
  • Berita
  • biografi
  • Feminisme
  • Fikih Ibadah
  • Fiqhul Hadis
  • Hadis Tematik
  • Hasyimian
  • Kajian Fikih
  • Kajian Hadis
  • Library Management System
  • Opini
  • Orientalis
  • powerpoint
  • Resensi
  • Review Literatur
  • Sejarah Hadis
  • tafsir dan ulum al-qur'an
  • Tasawuf dan Tarekat
  • Tekno
  • ulumul hadits
  • Uncategorized

Browse by Tags

agama ahli fiqih Alam artikel demonstrasi dermawan dirasat asanid fikih hadis hadist Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari Hasyim Asy'ari ilmu hadis islam jurnal Kajianhadis kajian hadis kajianhadist kitab kritik hadis lingkungan ma'hadaly ma'had aly ma'hadalyhasyimasy'ari mahad aly mahad aly hasyim asyari Mahasantri masyayikh Tebuireng Metodelogi Muhaddis musthalah hadits Nabi Muhammad Nuskha OJS orientalis Puasa Ramadhan sains sanad sejarah Shalat tafsir takhrij Tarawih Tebuireng
Nuskha

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Navigate Site

  • Account
  • Game Hadis
  • Koleksi Kitab Digital
  • Kontributor
  • Logout
  • My Profile
  • NUSKHA
  • Password Reset
  • Pendaftaran Akun Penulis
  • Perpus MAHA
  • جدول مراتب الجرح والتعديل

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Hadis
  • Kajian Fikih
  • Berita
  • Mulai menulis

© 2023 Nuskha - powered by Perpustakaan Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?